jpnn.com, JAKARTA - Dokter spesialis penyakit dalam Dirga Sakti Rambe menyarankan masyarakat senantiasa menggunakan masker medis dalam setiap aktivitas, bukan masker kain.
Menurut vaksinolog ini, masker yang terbuat dari kain dapat saja digunakan jika melapisinya dengan masker bedah, agar lebih terlindungi.
BACA JUGA: 5 Cara Menjaga Kesehatan Mata Akibat Paparan dari Gawai di Masa Pendemi
"Masker kain sudah tidak dianjurkan, lagipula masker bedah sudah banyak tersedia dan harganya terjangkau, gunakan hanya masker berkualitas," ujar Dirga dalam sebuah webinar kesehatan.
Dirga mengatakan penggunaan masker sangat penting dalam mencegah penularan dalam protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
BACA JUGA: Punya Banyak Manfaat, Porang Bagus untuk Kesehatan dan Pengentasan Kemiskinan
Masker medis terbukti masih paling efektif menangkal COVID-19, jika digunakan dengan tepat.
"Saya menyarankan untuk mengganti masker maksimal 6 jam, atau ganti segera setelah masker sudah basah atau kotor," katanya.
BACA JUGA: 5 Manfaat Air Garam untuk Kesehatan yang Perlu Anda Ketahui
Hati-hati pula saat membuka masker di tempat umum, pastikan hanya membuka masker untuk alasan penting seperti makan dan minum, juga praktikkan cara yang benar.
Lepas tali elastis dari telinga, jauhkan masker dari pakaian dan wajah untuk menghindari permukaan masker yang bisa saja terkontaminasi.
Buang di tempat sampah, kemudian bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih berbahan alkohol.
Pemerintah Indonesia terus menggencarkan percepatan program vaksinasi nasional sebagai upaya melindungi masyarakat.
Pemerintah menargetkan pemberian vaksinasi kepada 181,5 juta penduduk atau 70 persen dari total populasi untuk mencapai kekebalan komunal.
Meski demikian, dalam menangani pandemi COVID-19, masyarakat tidak boleh hanya mengandalkan satu proteksi kesehatan saja, perlindungan dari luar dengan penerapan protokol kesehatan penting untuk terus digalakkan.
“Saat ini, persentase penduduk Indonesia yang telah divaksin 1 kali sebesar 11 persen dan vaksinasi lengkap sebesar 6,3 persen."
"Angka tersebut masih terbilang kecil dari total populasi Indonesia saat ini. Apalagi, saat ini kita dihadapkan pada ancaman berupa mutasi virus baru yang mulai ditemukan di tanah air," katanya.
Dia melanjutkan, kewaspadaan perlu semakin ditingkatkan karena kehadiran vaksin memang menjadi langkah pencegahan yang penting diambil untuk membentuk kekebalan komunal, namun tidak ada langkah pencegahan yang 100 persen efektif.
"Memadukan perlindungan dari dalam dan luar menjadi upaya yang bisa kita lakukan bersama, untuk mengurangi risiko terpapar atau tertular virus," pungkas dokter Dirga.(Antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Ken Girsang