Cruyff Kecam Performa Belanda

Rabu, 14 Juli 2010 – 15:46 WIB
PAYAH - Penampilan lini pertahanan Belanda yang termasuk payah, salah satunya tampak dengan peluang nyaris berbuah gol dari David Villa. Foto: Lars Baron/Getty Images/FIFA.com.
THE HAGUE - Johan Cruyff adalah motor berkembangnya gaya total footballTidak hanya di negara asalnya Belanda, tapi juga di Spanyol ketika dia menjadi pemain dan pelatih FC Barcelona.

Sebelum final Piala Dunia 2010 digelar, Cruyff menyatakan bahwa apapun hasil di partai puncak itu, dirinya-lah yang menjadi pemenang

BACA JUGA: Liverpool Tunggu Torres

Sebab legenda lapangan hijau yang saat ini sudah berusia 63 tahun itu punya hubungan emosional yang kuat dengan Belanda manpun Spanyol.

Tapi, usai menyaksikan langsung jalannya partai final, Cruyff  mengaku sangat kecewa
Terutama dengan performa timnas negaranya, Belanda

BACA JUGA: Dikritik Media, Oranje Disambut Meriah

Menurut aktor timnas utama timnas Belanda saat melaju ke final Piala Dunia 1974 dan 1978 itu, gaya bermain Belanda saat melawan Spanyol kemarin kotor dan kasar.

"Sangat disesalkan, menyedihkan, mereka main sangat kotor
Mestinya mereka hanya main dengan sembilan orang

BACA JUGA: Kostum Barca Fabregas Bikin Ribut

Mereka membuat dua tekling keras dan kasarBahkan saya merasakan bagaimana akibatnya," komentarnya.

"Ini kotor, vulgar, keras, tidak enak ditontonBelanda tidak bisa memainkan gaya bermainnya dalam menghadapi SpanyolJika dengan performa seperti itu mereka merasa puas, baguslah, tapi mereka akhirnya kalah," tulis Cruyff dalam kolomnya di harian El Periodico de Catalunya, seperti dilansir situs Goal.

Tak hanya mengritik penampilan timnas Belanda, Cruyff juga mengkritisi kineja wasit Howard WebbMenurut Cruyff, wasit asal Inggris tidak mengikuti aturan pertandingan yang semestinyaSalah satu yang paling kentara menurut Cruyff, adalah Webb tidak memberikan setidaknya dua kartu merah untuk pemain Belanda yang jelas-jelas melakukan pelanggaran kasar.

"Anda bisa memimpin pertandingan dengan burukTapi apa yang tidak bisa dilakukan adalah membuat gaya menegakkan keadilan sendiri, dan lebih buruk lagi menciptakan sebuah aplikasi aturan secara pribadiTidak hanya hanya gagal mengusir dua pemain Belanda, termasuk Robben yang pantas mendapat kartu kuning kedua, dia juga melihat ke arah lain pada saat-saat di mana dia harus terlibat," papar Cruyff.

"Final Piala Dunia mestinya dipimpin wasit yang hebatTapi di atas itu semua, mestinya seorang wasit berani melakukan segala sesuatu yang berarti untuk menjadi pengadil lapangan," tambah Cruyff lagi(ali)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belanda: Tiga Final, Tiga Kali Gagal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler