JAKARTA – Meski bayang-bayang krisis menghantui dunia, utamanya Eropa, pengusaha Chairul Tanjung tampaknya punya persepsi lainPria yang karib dengan panggilan CT itu kini berniat menguasai PT Carrefour Indonesia. Ini berarti CT ingin menambah koleksi sahamnya di Carrefour 60 persen lagi dari 40 persen saham yang sudah dikuasainya saat ini. "Kita kan maunya sebesar mungkin
BACA JUGA: BKPM Klaim Tak Ada Pembatalan Investasi
Ya, kalau bisa sampai 100 persen," ucap CT di Jakarta, Rabu (21/9).Tak sekadar bicara
BACA JUGA: Investor Asing Borong Saham BNBR
Kalau pengusaha ritel dari Prancis bersedia, ia akan segera merealisasikan pembelian saham itu. "Intinya, kalau Prancis mau jual, kita mau ambil semuaBACA JUGA: Pos Sumbang PTMSI
Kalau sudah menguasai seluruh saham perusahaan ritel itu, CT segera menjajakan sahamnya di lantai bursa lewat mekanisme penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO)
Seperti diketahui, pendiri CT Corporation itu membeli 40 persen saham Carrefour pada 16 April 2010 silam senilai USD 300 juta atau sekitar Rp 3 triliun lebihCT membeli Carrefour dari dana pinjaman sejumlah sindikasi bankPasca-transaksi itu, komposisi pemegang saham Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40 persen), Carrefour SA 39 persen, Carrefour Netherland BV 9,5 persen, dan Onesia BV 11,5 persen.
Kini, bisnis CT memang sudah menggurita, mulai dari bank, televisi dan hiburan, hingga waralabaMajalah Forbes awal tahun lalu, misalnya, menempatkan Chairul Tanjung sebagai salah satu dari 1.000 orang terkaya di dunia dengan nilai kekayaan sekitar USD 1 miliar atau Rp 9 triliun.
Ironisnya, ketika berbicara di hadapan forum Diklatnas II HIPMI-Lemhanas kemarin, CT mengatakan, situasi ekonomi global saat ini sangat tak baikHal ini setidaknya diakui oleh salah satu pengusaha nasional Chairul Tanjung yang juga Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN).
"Menurut saya, situasinya bukan saja kurang baik, tetapi kalau boleh saya katakan sangat tidak baikAS itu ada global krisis 2008 penyebabnya itu adalah konsumen yang membelanjakan uang lebih dari kemampuannyaKorporasinya yang main dan derivatifnya juga hancur," paparnya
Menurut CT, di saat AS sedang memulai pemulihan ekonomi akibat krisis 2008, sekarang justru muncul krisis yang jauh lebih parahIntinya, krisis Eropa saat ini menjadi krisis yang cukup berat karena menusuk banyak negara"Bedanya dulu yang kriris itu orang dari perusahaan, kini justru negara," ungkap CT
Menurut CT, saat ini yang terjadi adalah sovereign crisisPenyebabnya adalah jumlah utang yang lebih besar dari PDB sebuah NegaraRealitas ini pernah dialami Indonesia pada 1998"Debt to GDP (rasio utang terhadap PDB) lebih besarRasio utang terhadap PDB itu tinggi di atas 100 persenPadahal Uni Eropa mematok hanya 60 persen debt to GDPAnehnya, mereka yang membuat standarisasi, tetapi kemudian melanggarnya sendiri," katanya(vit/lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Askrindo Diduga Diotaki Oknum Bapepam
Redaktur : Tim Redaksi