jpnn.com - LOMBOK BARAT - Para peserta Lombok Audax akhirnya merampungkan "derita" long distance cycling 300 kilometer tadi malam. Start pukul 04.00 Wita tepat, mereka survive ke titik finis di Hotel Holiday Resort, Senggigi, pada pukul 22.00.
Artinya, waktu total yang dibutuhkan mencapai 18 jam! Itu sudah termasuk waktu istirahat di tujuh pit stop.
BACA JUGA: Digulung Chievo, Lazio Jauhi Scudetto
Mengutip data di Garmin milik Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda yang menjadi salah seorang peserta, para cyclist mengayuh sepeda selama 12 jam 5 menit. Mereka menempuh jarak 297 kilometer. Tiga kilometer jalur "didiskon" karena hujan yang sangat lebat.
Mulai start hingga finis, rata-rata kecepatan yang mereka tempuh adalah 24,5 km per jam. Catatan tersebut merupakan waktu yang dibukukan kelompok cepat alias fast group. Untuk normal group, kecepatannya bisa lebih lama lagi. Panitia bahkan memberikan toleransi mencapai finis hingga tengah malam.
BACA JUGA: Bekuk Brighton, Arsenal Ikut Jejak City
Tantangan yang dihadapi peserta Lombok Audax kemarin (26/1) memang berlipat-lipat. Jika sebelumnya para peserta berharap "hanya" Pusuk Pass yang terberat, ternyata Pulau Lombok menyuguhkan tantangan yang lebih mengerikan. Mereka tak hanya harus survive dari tanjakan, tapi juga dari cuaca yang gampang berubah.
Bayangkan, baru saja gowes beberapa kilometer dari kawasan Senggigi hingga Ampenan, mereka sudah harus dihajar hujan lebat. Penderitaan makin terasa sengsara karena hujan terjadi pada pukul 04.30.
BACA JUGA: Zabaleta Bawa City ke Babak Kelima FA Cup
Pihak penyelenggara terpaksa memangkas jalur menuju Pusuk sepanjang 3 kilometer demi keselamatan para peserta. Selain hujan, jarak pandang saat itu sangat pendek karena keadaan masih gelap.
Meski demikian, rute mendaki ke Pusuk Pass untuk menuju stop pertama di puncak Pusuk tetap harus dilewati. Tanjakan bervariasi antara 10-12 persen. Kecepatan yang sebelumnya konstan di rata-rata 25-30 km per jam langsung drop hingga hanya 9 km per jam. Yang bikin tambah berat, tanjakan tersebut mendaki sejauh lebih dari 5 kilometer.
Namun, hujan justru dianggap sebagai keberuntungan bagi peserta. Mereka justru lebih susah jika cuaca terus-menerus panas. Itu membuat tubuh gampang kehilangan cairan dan tenaga. "Hujan pagi, siang, dan sore justru menguntungkan. Lebih baik daripada kepanasan," kata Johny Soefianus, finisher SRBC (Surabaya Road Bike Community).
Tantangan perdana tersebut sukses ditaklukkan dengan penuh semangat oleh para peserta. Para cyclist sangat menikmati tanjakan itu. "Mungkin karena masih awal, tubuh masih fresh. Jadinya kita nyaman sampai nggak terasa sudah di stop pertama," kata Cipto Suwarno Kurniawan dari komunitas One Mille Pasuruan.
Ibaratnya, Pusuk Pass hanya jadi "appetizer" alias makanan pembuka bagi mereka. Menu utama adalah rute dari stop kedua di Selengan menuju stop ketiga di Obel-Obel, Kabupaten Lombok Timur. Meski di pinggir pantai, tanjakannya curam karena harus mendaki bukit-bukit kecil nan curam.
Jika tanjakan di Pusuk hanya sekitar 10-12 persen, tanjakan menjelang stop ketiga mencapai 20 persen lebih. Ada juga yang mencapai 18 persen. Jalurnya curam dengan turunan tajam. Turunan tajam tersebut tak bisa dianggap sebagai "bonus" karena bentuk jalan yang membahayakan. Mereka justru harus menahan sepeda agar tidak terlalu kencang. Sekali lepas, mereka bisa terpelanting.
Karena itu, jika ditanya manakah rute yang paling berat, para peserta kompak menjawab: rute ketiga! Meskipun panjang tanjakan tidak sejauh Pusuk, jalan menuju Obel-Obel dipenuhi bukit-bukit curam dengan tanjakan yang gila. "Penginnya kita langsung meluncur, tapi itu malah berbahaya," kata Ketua SRBC Teddy Moelijono.
Dari Obel-Obel menuju stop keempat di Autore Pearls, tempat makan siang, juga membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Variasi sejumlah tanjakan tercatat 6-8 persen dan 8-10 persen. Namun, rute menanjak tersebut terbilang sangat panjang. Setelah melintas di stop keempat, jalur cenderung flat hingga finis. Peserta pun langsung membentuk dua kelompok, fast group dan normal group. Dua etape menjelang finis, rombongan kembali disatukan karena hari sudah gelap.
Di antara total 82 peserta, sebagian besar murni mencapai finis dengan waktu yang bervariasi. Hampir tidak ada peserta yang harus loading sepeda. Selain menguras tenaga, mereka mampu melewati sejumlah tantangan alam yang muncul. Ada banjir kecil, air mengalir deras menyeberang jalan, jalanan rusak, jembatan diperbaiki, dan sebagainya.
Memang, sejumlah insiden kecil sempat terjadi, tapi tidak memengaruhi jalannya acara. "Kami bersyukur acara berlangsung relatif tanpa masalah. Hampir semua peserta sampai finis. Itu menunjukkan bahwa mereka adalah peserta yang terpilih, bukan sembarangan," kata Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda.
Acara kemarin diikuti cyclist dari sembilan negara. Selain Indonesia, mereka datang dari Singapura, Italia, New Zealand, Australia, Jerman, Argentina, Amerika Serikat, dan Jepang.
Cyclist asal Jerman Christine Paul mengaku sangat senang mengikuti Audax. Dia merasakan keramahan cyclist Indonesia yang gampang menolong jika rekannya mengalami masalah teknis. "Panorama indah, rutenya juga bagus, peserta saling menjaga satu sama lain. Itu benar-benar menyenangkan. Mood bersepeda jadi enak," katanya. (aga/c10/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hat-trick Zulham Benamkan Sriwijaya FC
Redaktur : Tim Redaksi