jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah memutuskan adanya kenaikan terhadap cukai rokok sebesar 10,04 persen per 1 Januari 2018.
Hal ini sudah diputuskan dalam rapat yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (19/10).
BACA JUGA: Jokowi Hadiri Konferensi Internasional Alumni Al Azhar
Hadir dalam rapat tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan sejumlah menteri lainnya. Jokowi -sapaan presiden- mengatakan keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan semua aspek.
"Di situ kan ada banyak pertimbangan, ada petani tembakau, pekerja di pabrik rokok, ada sisi kesehatan, rokok ilegal. Itu itung-itungannya ketemu tadi," ucap Jokowi usai menghadiri acara di Hotel Borobudur Jakarta.
BACA JUGA: Setelah 41 Tahun, Emir Qatar Akhirnya ke Indonesia
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, keputusan menaikkan cukai rokok tersebut setidaknya mempertimbangkan empat hal.
Yang pertama, kenaikan cukai rokok ini telah memperhatikan dari pandangan masyarakat terutama dari aspek kesehatan dan konsumsi rokok yang terus harus dikendalikan.
BACA JUGA: Jokowi Minta Masyarakat Awasi Pemakaian Dana Desa
"Yang kedua, kenaikan cukai rokok ini harus bisa untuk mencegah makin banyaknya rokok ilegal, tidak sampai tinggi menimbulkan banyak rokok ilegal," ucap mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Yang ketiga, memperhatikan dampaknya terhadap kesempatan kerja, terutama pada petani dan buruh rokok. Dan terakhir, mengenai penerimaan negara. Kenaikan sebesar 10,04 persen itu pun dibarengi dengan perubahan dari sisi pengelompokannya.
"Bagaimana pengelompokan, komposisi dari masing-masing perusahaan rokok yang sifatnya produksi mesin dan tangan itu juga, walaupun rata-rata 10,04 persen, bukan berarti semuanya naik tarif 10,04 persen. Ada yang naiknya lebih tinggi dan ada yang lebih rendah," jelasnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Sepakat Perkuat Kerja Sama dengan Presiden Niger
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam