jpnn.com - BANJARBARU - Bunga (bukan nama sebenarnya) terlihat duduk termenung di teras rumahnya di kawasan Lokalisasi Pembatuan. Ia bersama dua temannya yang lebih memilih duduk di dalam rumah sedang menunggu hidung belang yang ingin menggunakan jasa mereka.
Meski di beberapa titik telah terpasang baliho larangan melakukan praktik prostitusi, mereka masih nekat menerima tamu. Namun, di malam kemarin Pembatuan terpantau sepi. Sehingga tak ada satu pun tamu yang berkunjung untuk mengajak kencan Bunga.
BACA JUGA: Hari Kedua Lebaran, Syaukani HR Tampak Sedih, Itukah Firasat?
Bunga mengaku masih nekat menerima tamu walaupun baliho larangan telah dipasang oleh Satpol-PP Banjarbaru. Hal itu dikarenakan tuntutan perekonomian keluarga.
Dia mengaku banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi. "Anak saya di Jawa harus bersekolah, sekarang sudah kelas 4 SD. Belum lagi bayar utang di bank, dan bayar sewa rumah ini," katanya kepada Radar Banjarmasin, Rabu (27/7).
BACA JUGA: Aneh, 1 Lahan Dimiliki 4 Perusahaan, 2 Pejabat BP Batam Diperiksa Polisi
Saat ini, para PSK di Pembatuan dihantui rasa takut. Ia khawatir ketika melayani tamu, tiba-tiba Satpol-PP datang dan menangkapnya. "Pasti ada rasa takut, 'kan malu kalau ditangkap Satpol-PP. Pasti beritanya bisa sampai ke Jawa," ungkap wanita yang mengaku dari Blitar ini.
Ia menambahkan, rasa takut tersebut tak sebanding dengan kegelisahannya memikirkan kondisi anaknya di Jawa. Wanita bertubuh montok ini tak mau anaknya putus sekolah lantaran tidak punya biaya.
BACA JUGA: Kirim SMS, Penyandera Ancam Penggal 4 ABK Indonesia
"Saya beranikan saja masih menerima tamu, supaya kebutuhan di Jawa bisa terpenuhi," tambahnya.
Walaupun masih nekat membuka praktik prostitusi, ternyata ia masih kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya. Sebab, dalam beberapa bulan terakhir para PSK di Pembatuan sepi pengunjung. "Sangat sepi, dalam seminggu hanya mendapatkan satu tamu," ujarnya.
Disinggung masalah tarif, Bunga mengungkapkan meski sepi, tarif yang mereka tawarkan masih sama. Yaitu Rp 150 ribu short time. "Kalau tarif diturunin, kami malah tidak mendapatkan penghasilan. Karena tamu sudah sangat sepi," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua RT 06 Hidayat membenarkan bahwa para PSK di Pembatuan masih membuka praktk prostitusi. "Mereka masih buka demi mencukupi kebutuhan hidup mereka, kasihan mereka punya anak dan utang di bank," ujarnya.
Menurutnya, sebelum benar-benar menutup Lokalisasi Pembatuan pemerintah seharusnya punya solusi untuk para PSK. Sebab, sebagian besar rumah-rumah yang berdiri di sana milik pribadi para warga.
"Sebelum menutup lokasi ini, pemerintah harus membeli semua bangunan yang ada di sini. Jangan main tutup saja," katanya. (ris/ij/ran)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gadis Lugu Diperkosa 25 Pria, Otaknya Ternyata Pacar Sendiri
Redaktur : Tim Redaksi