jpnn.com, SEMARANG - Berbagai cara dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo untuk menenangkan hati para perantau yang dilarang mudik di tengah pandemi corona.
Itu juga yang dilakukan Ganjar pada warganya dari kota dan kabupaten lain di Jateng yang merantau di Kota Semarang.
BACA JUGA: Tolong Bantu Perantau yang Tak Mudik, Jangan Tanya Apa Suku dan Agamanya
Dia mengunjungi Pondok Boro Kamping Sumeneban Kota Semarang, yang berisi para perantau dari daerah lain di Jateng.
Kedatangan Ganjar membuat Siswadi (45) langsung terbangun dari tempat tidurnya tadi. Warga Gombong, Kebumen, itu tidak menyangka, orang nomor satu di Jawa Tengah itu mau menengok para perantau yang mengadu nasib di Kota Semarang.
BACA JUGA: Jokowi Larang Mudik, Ganjar Tiga Jam Duduk Dengar Curhat Warga Jateng di Perantauan
Selama bertahun-tahun, Siswadi dan ratusan perantau lainnya asal Kebumen, Sragen dan daerah lain itu mboro (merantau mencari uang) di Kota Semarang.
Sehari-hari, mereka tinggal di Pondok Boro, bangunan sederhana yang digunakan mereka untuk sekedar istirahat setelah lelah mencari uang.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Bandara Ramai Pemudik, Jokowi Bantah Najwa dan Raja Salman Izinkan Tarawih
Bangunan yang ditempati Siswadi dan 150 perantau lain itu jauh dari kata layak. Tidak ada perabot layaknya tempat tinggal pada umumnya.
Hanya ada papan panjang yang digunakan sebagai tempat tidur. Tidak ada kasur atau bantal di atasnya, yang ada hanya baliho bekas yang diambil dari pinggir jalan.
Ganjar sengaja datang ke tempat itu untuk melihat kondisi para perantau yang ada di Kota Semarang.
Di tengah kesulitan akibat wabah COVID-19, Ganjar ingin memastikan semua warganya yang tinggal di tempat itu dalam kondisi sehat.
Kedatangan Ganjar yang tiba-tiba itu tidak disia-siakan para penghuni Pondok Boro. Kepada Ganjar, mereka ngudho roso atau curhat tentang kondisinya saat ini.
"Alhamdulillah kabare sehat pak, sing mboten sehat dompete (yang tidak sehat dompetnya)," kata Siswadi.
Siswadi menerangkan, sebagian besar penghuni Pondok Boro bekerja seadanya di Kota Semarang. Ada yang kuli bangunan, jualan asongan keliling, jualan aksesori, warung makan dan bekerja di sektor informal lainnya.
"Kalau dulu sebelum ada corona, penghasilannya bisa diandalkan. Tapi sekarang sudah sepi, pemasukan berkurang bahkan tidak ada. Sementara kami di sini butuh makan dan butuh untuk membayar ongkos menginap pak, sehari Rp3.000," keluhnya.
Siswadi dan ratusan perantau itu pun meminta pemerintah memberikan perhatian. Apalagi, di tengah pandemi ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat yang ada di zona merah.
"Katanya ndak boleh pulang pak, terus nasib kami gimana di sini? Siapa yang akan menjamin kami pak," tutur Rohimah (50), warga Kebumen yang tinggal di Pondok Boro itu.
Mendengar itu, Ganjar langsung terenyuh. Dia mengatakan akan membantu untuk meringankan beban mereka.
Selain mengirim makanan dan buah-buahan, Ganjar juga menanggung ongkos penginapan seluruh penghuni Pondok Boro selama sebulan.
"Nanti ongkos nginep di sini saya bayari sebulan. Tapi jangan mudik ya, tetap di sini saja supaya keluarga di rumah tidak tertular penyakit," kata Ganjar.
Ganjar juga meminta Ketua RT yang ada di lingkungan Pondok Boro untuk mendata dan mengajukan bantuan ke pemerintah.
Meski begitu, Ganjar tetap berharap masyarakat sekitar yang mampu, bergotong royong memberikan bantuan.
"Meskipun kondisi seperti ini, semua harus berusaha untuk tetap survive. Nanti tolong pak RT dibantu mereka untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Warga sekitar yang mampu juga saya minta digerakkan untuk gotong royong membantu," imbuhnya.
Dari kunjungannya itu, Ganjar lega karena kondisi ratusan perantau di Pondok Boro Semarang tersebut dalam keadaan sehat. Meski terdampak, tetapi sebagian besar masih dalam kondisi aman.
"Alhamdulillah semua sehat, dan sebagian besar masih bisa survive dengan kondisi ini. Nanti kami bantu untuk meringankan beban mereka, sekaligus kami mengajak masyarakat yang mampu, untuk ikut gotong royong bersama membantu saudara-saudara kita ini. Saya berharap mereka semua tidak mudik, tetap di sini sampai kondisi lebih baik," pungkasnya.
Redaktur & Reporter : Natalia