jpnn.com - JAKARTA - Rencana General Electric (GE) mengakuisisi Alstom SA, perusahaan pembangkit listrik dan transportasi asal Perancis dinilai bukan hanya sebagai upaya memenangkan persaingan bisnis antar-perusahaan pemasok teknologi pembangkit listrik Eropa. Sebab, rencana itu juga merupakan strategi Amerika Serikat memenangi tender proyek-proyek infrastruktur, khususnya pembangkit listrik di sejumlah negara.
Demikian disampaikan pengamat masalah ekonomi dan hubungan internasional Andreas Hugo Pareira. Doktor ilmu politik dari Universitas Giessen di Jerman yang kini menjadi pengajar di Universitas Parahyangan itu mensinyalir alasan GE mengakuisisi Alstom lebih bersifat politis ketimbang alasan strategi bisnis.
BACA JUGA: Rokok Tanpa Gambar Seram Harus Ditarik dari Pasaran
“Persaingan bisnis antar perusahaan multinasional adalah wajar. Tapi, kalau persaingan itu diikuti upaya mendiskreditkan perusahaan lain, ini yang tidak wajar. Saya mensinyalir, ada indikasi upaya GE di Indonesia mendiskreditkan Alstom pada proyek pembangunan PLTU Tarahan di Lampung,” kata Andreas, Kamis (26/6).
Andreas tidak membantah bahwa selama ini ada indikasi GE berupaya mendiskreditkan Alstom dengan berbagai kasus hukum seperti penyuapan atau Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) untuk menggarap proyek di sejumlah negara. Misalnya Nigeria, Latvia, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia sendiri, terjadi pada pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan, Lampung.
BACA JUGA: Ini Lima Gambar Seram yang Ada di Bungkus Rokok
“Kasusnya lucu. Sidang dilaksanakan hingga jatuh vonis, tapi tanpa menghadirkan Pirozz Muhammad Sharafi sebagai saksi utama,” ujar Andreas yang mengaku pernah menulis surat kepada Kedubes AS agar meninjau kembali kasus itu dengan menghadirkan saksi utama. Namun, hingga saat ini Kedubes AS tidak memberi jawaban.
Menurut Andreas, pihak Alstom yang merasa telah didiskreditkan dalam kaitan kepentingan bisnis mestinya membantu menyelesaikan persoalan ini dengan mempertanyakan saksi utama, namun tidak dilakukan. “Ini pun ada indikasi terjadi desakan-desakan dan lobi-lobi dengan menggunakan aparat penegak hukum di Indonesia untuk tidak menghadirkan saksi dalam persidangan kasus tipikor PLTU Tarahan,” tandasnya.
BACA JUGA: Menpera Ingatkan Pengembang Bangun Hunian Berimbang
Dalam upaya memuluskan rencana akuisisi, pihak GE mengajukan penawaran senilai 13 miliar dolar AS untuk pembelian asset energi Alstom. Bahkan, baru-baru ini Chief Executive GE, Jeff Immelt telah memperbarui penawaran dengan cara memberikan Perancis lebih banyak wewenang, namun mendatangkan lebih sedikit pemasukan bagi Alstom.
Di bawah penawaran baru tersebut, seperti dirilis Monexnews, GE akan membuat tiga usaha patungan baru bersama Asltom yang mencakup bisnis jaringan listrik, bisnis pembangkit listrik tenaga angin dan tenaga air, serta bisnis turbin nuklir. Finalisasi akuisisi hingga sekarang masih berproses, meski sebelumnya pejabat pemerintah Perancis bersikukuh menolak rencana penjualan Alstom kepada GE.
Menteri Ekonomi Perancis, Arnaud Montebour, menyarankan agar Alstom menerima tawaran akuisisi dari perusahaan Siemen AG asal Jerman, yang merupakan rival GE dalam memburu asset Alstom. Kesepakatan antara Alstom dan GE, dinilai Montebourg kurang tepat karena dapat mengakibatkan pemisahan bisnis transportasi Alstom yang memproduksi kereta api supercepat.
Di sisi lain, upaya Siemens mengakuisisi Alstom didukung oleh pejabat pemerintah Perancis. Selain membayar tunai, Siemens mengusulkan penukaran aset yang akan menjadikan Alstom sebagai pemain transportasi kereta api lebih besar di kawasan Eropa, sekaligus meningkatkan bisnis turbin dan peralatan listrik. Seperti Alstom, Siemens merupakan produsen kereta api supercepat hingga turbin pembangkit listrik. Bahkan Siemens siap mengalahkan penawaran GE untuk membeli Alstom, senilai 13 miliar dolar AS.
Demi meyakinkan calon mitranya, korporasi asal Jerman ini menjamin lapangan pekerjaan dan posisi manajemen. Menurut Montebourg, penawaran Siemens bakal menciptakan dua perusahaan pemenang di Eropa dan dunia.(rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Utang Djakarta Llyod Rp 1,3 T, Dahlan Sempat Putus Asa
Redaktur : Tim Redaksi