Curigai Isu Teroris Ditunggangi Tolak Penutupan Dolly

Selasa, 21 Januari 2014 – 11:07 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Tim Densus 88 Antiteror berhasil membekuk dua terduga teroris, Isnaini Ramdhoni dan Abdul Majid dalam kondisi hidup, Senin (20/1) di Surabaya, Jawa Timur. Polisi mengklaim pelaku yang terkait jaringan Poso ini berencana meledakkan sejumlah tempat di Kota Pahlawan, seperti pos polisi dan tempat hiburan Dolly.

Pengamat Terorisme, Mustofa B Nahrawaydaya mengatakan incaran pos polisi dan tempat hiburan Dolly bukanlah hal yang mengagetkan. Apalagi kata dia, sudah sejak lama, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggambarkan tempat hiburan sebagai musuh pelaku teror.

BACA JUGA: Pemberkasan NIP CPNS Baru, Dibatasi Hingga Akhir Februari

"Teroris mengincar dua ikon (polisi dan dolly) tidaklah mengagetkan. Benar ada tidaknya itu teroris, polisi dan tempat maksiat sejak dulu digambarkan oleh BNPT sebagai musuh para teroris," kata Mustofa di Jakarta, Selasa (21/1).

Hanya saja, Mustofa heran kejadian terorisme selalu terjadi bersamaan dengan terjadinya isu-isu besar, seperti di Surabaya yang sedang getol-getolnya rencana menutup lokalisasi Dolly. Bahkan, sekarang terbukti "teroris" menunggangi isu itu dengan cara ingin mengebomnya.

BACA JUGA: Tujuh Provinsi Belum Umumkan Kelulusan CPNS

"Namun karena ini sudah menjadi stereotype, maka pola semacam itu malah menimbulkan kecurigaan. Yakni, terorisnya memang benar-benar ingin mengebom Dolly, atau ada kerja intelijen yang ingin agar masyarakat membantu Dolly agar tidak jadi ditutup," sebutnya.

Analisa itu disampaikan Mustofa dengan alasan selama ini, ada upaya pengiringan opini bahwa apapun yang dilakukan teroris tidaklah benar adanya. Poinnya, apapun yang dimusuhi teroris adalah apa yang semestinya dilindungi. Jika teroris mengincar polisi, mengincar vihara, mengincar gereja, mengincar kedutaan, mengincar Bali, mengincar Dolly, berarti mereka harus dilindungi.

BACA JUGA: Anas Minta Pengamanan Saat Bersaksi di Tipikor

"Nah, dengan adanya penangkapan para terduga teroris di Surabaya, sebaiknya Pemkot Surabaya tidak berubah pikiran. Dolly tetap harus ditutup tanpa atau adanya teror. Menutup Dolly bukan berarti berteman dengan teroris," jelasnya.

Di luar analisasnya itu, Mustofa meminta masyarakat tetap bekerja seperti biasa dan pasrahkan semua bentuk penanganan terorisme pada aparat yang berwenang. (Fat/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Baru 160 Kabupaten/Kota yang Sudah Umumkan Kelulusan CPNS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler