jpnn.com, JAKARTA - Kolumnis kondang Dahlan Iskan menulis dua kemungkinan mengapa baku tembak di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir Polisi Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J baru dibuka beberapa hari setelah kejadian.
Dalam tulisan berjudul Bisik-Bisik Keras itu, Dahlan Iskan menulis di zaman sekarang ternyata cara merahasiakan peristiwa sensitif masih sama.
BACA JUGA: Penelusuran soal Istri Ferdy Sambo, Kejadian 9 Juli, Tanggal Ganjil
"Termasuk soal tembak-menembak polisi itu. Sampai tiga hari kemudian pun belum ada wartawan yang tahu," demikian tulisan Dahlan yang tayang pada kolom Disway di JPNN.com, Selasa (19/7).
"Medsos juga masih bungkam. Hebat sekali," lanjutan tulisan Dahlan Iskan.
BACA JUGA: Khairul: Soal Apakah Brigadir J Dieksekusi? Itu Spekulatif
Berita tembak-menembak itu baru diketahui justru dari konferensi pers resmi di Mabes Polri pada Senin (11/7). Sudah tiga hari setelah peristiwa terjadi.
"Pertanyaannya: kalau sudah berhasil "menyembunyikannya" selama tiga hari mengapa dibuka lewat konferensi pers?" begitu tulisan Dahlan.
BACA JUGA: Kalimat Bang Edi Setelah Kapolri Menonaktifkan Irjen Ferdy Sambo
Dia pun menyampaikan dua kemungkinan mengapa kasus baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E itu dibuka ke publik.
Kemungkinan pertama, sudah berkembang bisik-bisik di lingkungan terbatas di Polri. Irjen Sambo pasti sudah melapor ke atasan mengenai apa yang terjadi, versi dirinya.
"Kita tidak tahu kapan "lapor diri" itu dilakukan? Sang atasan pasti melakukan koordinasi dengan staf. Sikap harus ditentukan," lanjutnya.
Sejak itu mulailah bisik-bisik beredar. Kian hari makin luas. Termasuk yang sudah dibumbui.
Dahlan lantas menulis kemungkinan kedua, yakni keluarga korban juga memberitahu keluarga dekat tentang kematian Brigadir Yosua alias Brigadir J.
"Juga kian luas. Berikut bumbu-bumbu penyedapnya," sambung tulisan itu.
BACA JUGA: Samuel Hutabarat Ungkap Kejadian 5 Januari saat Brigadir J Mau Balik ke Jakarta
Tukang bumbunya bisa siapa saja: oknum di media, oknum di keluarga korban, oknum di instansi kepolisian.
"Bahkan, bisa saja dari orang yang ingin menjatuhkan seseorang," demikian tulisan Dahlan.
Menurut Dahlan, wartawan tertolong oleh bisik-bisik-keras di medsos itu. Jurnalis punya alasan untuk melakukan konfirmasi ke sumber yang kompeten. Atau mengecek ke lapangan.
Penelusuran soal Istri Ferdy Sambo
Melalui tulisan itu Dahlan Iskan juga mengungkap hasil penelusurannya soal istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
"Dari penelusuran saya, ternyata Ny. Sambo sebenarnya sudah melapor ke polisi. Ke Polres Jakarta Selatan," demikian dilansir dari tulisan berjudul Bisik-Bisik Keras.
"Itu tanggal 9 Juli 2022. Berarti hanya satu hari setelah tembak-menembak," lanjut Dahlan.
Kemudian, soal mengapa Ny. Sambo sendiri yang melapor? Bukan suaminya? Atau menyuruh anak buah?
Menurut Dahlan, itu menyangkut ketentuan pelaporan. Untuk jenis laporan yang berkaitan dengan s*ks tidak boleh diwakilkan.
Karena pelaporannya masalah Ny. Sambo merasa menjadi korban pelecehan seksual, maka dia harus melapor sendiri secara pribadi.
"Soal apakah dia datang ke Polres atau orang Polres yang datang ke rumahnya, itu soal lain," begitu dikutip dari tulisan tersebut.
Begitu pula tentang mengapa laporan pelecehan seksual dilakukan setelah yang dilaporkan meninggal?
"Itu suka-suka yang melapor," lanjutnya. (disway/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam