Dahlan Iskan Menulis tentang Khusnul Chotimah yang Selamat dari Bom Bali

Rabu, 02 November 2022 – 00:10 WIB
Dahlan Iskan bersama Khusnul. Foto: Disway

jpnn.com, JAKARTA - Dahlan Iskan menulis tentang sosok Khusnul Chotimah, korban selamat dari bom Bali 2002 yang menewaskan banyak orang

Kolumnis kondang itu bertemu Khusnul saat bersama Kepala BNPT Irjen Boy Rafli Amar saat dialog kebangsaan di Warung NKRI, Kafe Hedon, Ngagel, Surabaya pada pekan lalu.

BACA JUGA: Warga Australia Geram Melihat Video yang Diputar di Kuta Saat Peringati Bom Bali

Dalam tulisannya Dahlan bercerita bertemu banyak orang di warung itu, salah satunya Khusnul Chotimah.

"Saya berbincang hampir 1,5 jam dengan wanita yang kini berusia 52 tahun itu," tulisan Dahlan, Disway edisi Selasa (1/11).

BACA JUGA: Mengenang 2 Dekade Bom Bali, Yenny Wahid Sebut Indonesia Semakin Kuat Perangi Terorisme

Menurut Dahlan, tidak ada wanita yang mendapat musibah lebih berat dari Khusnul. Tetapi juga tidak ada yang punya jiwa lebih kuat dari perempuan itu.

"Tuhan memang tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan seseorang untuk menanggungnya. Tetapi hanya Khusnul Chotimah yang mampu menerima penderitaan seberat ini," lanjutnya.

BACA JUGA: Orang Mengaku Sukarelawannya Mengusik Mbak Puan & Jokowi, Ganjar Tak Terima

Konon Khusnul tidak hanya jadi korban bom Bali dengan wajah dan tubuhnya kena luka bakar lebih dari 60 persen.

Dia harus menjalani face off tiga tahap. Badan, kaki, dan wajahnya harus direkonstruksi ulang dengan lebih 30 kali operasi.

Khusnul lahir di Sidoarjo, Jatim. Dari TK, SD, SMP, sampai SMA sekolah di  Muhammadiyah Sidoarjo.

"Alumnus Muhammadiyah itu jadi korban bom yang diledakkan oleh orang yang mengaku berjuang untuk Islam," tulisan Dahlan.

Ayah Khusnul seorang ustaz. Sang ayah sudah melarang anak wanitanya itu bekerja di Bali. Tetapi Khusnul tidak tahu harus bekerja apa di Sidoarjo.

Diam-diam dia menggadaikan sepeda pancalnya, lalu pergi ke Bali. Di sana dia jadi pekerja sablon. "Nyali Khusnul memang tinggi. Dia pesilat handal Tapak Suci. Levelnya ban hitam," demikian tulisan Dahlan.

Khusnul digembleng sendiri oleh ayahnya yang juga seorang pendekar silat. Namun, kesibukan utama sang ayah jadi penceramah agama di tingkat lokal. "Wajahnya brewok. Jenggotnya panjang," tulisan Dahlan.

Selain itu, Khusnul juga seorang Bonek militan –Bonita, waktu SMA. Dia gemar nonton Persebaya ke Surabaya.

Menurut cerita Khusnul yang ditulis Dahlan, saat di Bali perempuan itu dapat tawaran ke Taiwan, tetapi tidak lama kembali lagi ke Pulau Dewata.

Lalu, Khusnul kawin dengan pemuda asal Sidoarjo yang dia kenal di Bali. Sang suami punya usaha sablon. Mereka pun dikaruniai dua anak. Laki-laki semua.

Malam saat sebelum bom Bali meledak, Khusnul kedatangan suami istri teman baiknya asal Banyuwangi. Ketika sesama suami mengobrol, Khusnul mengajak istri tamu untuk membeli nasi.

"Tidak jauh. Jalan kaki saja. Mereka menyusuri gang menuju jalan raya. Jaraknya hanya sekitar 300 meter," tulisan Dahlan.

Singkat cerita, Khusnul dan istri tamunya membeli nasi Jinggo di pinggir jalan raya.

Jalan raya itu ramai sekali. Dua cafe di dekat Jinggo sudah mulai penuh pengunjung. Sudah pukul 21.00 lebih. Banyak bule di situ.

Jalanan macet. Lalu-lintas tertahan oleh sebuah mobil yang berhenti di tengah jalan, persis di depan penjual Jinggo.

Khusnul pun mendekat ke sepeda nasi Jinggo. Dia memesan enam bungkus. "Tunggu sebentar ya, saya mau bantu dorong mobil mogok itu dulu," tulisan Dahlan menirukan ucapan penjual nasi sebagaimana diceritakan Khusnul.

Khusnul melihat beberapa orang juga menuju mobil mogok itu. Mereka akan mendorongnya rame-rame. Tetapi Khusnul melihat sopir mobil itu baru saja turun. Lalu bergegas naik di boncengan sebuah sepeda motor. Kabur.

Saat mereka mulai mendorong mobil itulah, mobil meledak. Dahsyat. Khusnul terpental jatuh. Terkapar. Penuh luka dan darah. Wajahnya menghitam. Pun tubuhnya. Seperti terbakar.

"Bisa dibayangkan bagaimana nasib mereka yang mendorong mobil," tulisan Dahlan.

Tulisan Dahlan Iskan selengkapnya bisa Anda baca melalui kolom Disway atau tautan ini: Khusnul Bomiyah. (disway/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibunda Brigadir J Menyampaikan Kalimat Menohok Begini kepada Ferdy Sambo & Putri Candrawathi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler