jpnn.com, JAKARTA - Kolumnis kondang Dahlan Iskan tidak menyangka pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu Syekh Panji Gumilang fasih berbahasa Mandarin.
Pesantren Al Zaytun menjadi sorotan publik saat Lebaran kemarin gara-gara ada perempuan ikut salat Idulfitri bersama jemaah pria di saf paling depan.
BACA JUGA: Dahlan Iskan di Ponpes Al Zaytun: Ucapan Assalamualaikum Tak Sebanyak Pekikan Merdeka
Nah, beberapa hari lalu Dahlan diajak Syekh Panji ke ponpes yang konon punya lahan seluas 1.300 hektare itu.
Melalui tulisannya pada kolom Disway, Dahlan Iskan melihat sendiri betapa luas Pesantren Al Zaytun.
BACA JUGA: Inilah Nonmuslim di Saf Paling Depan saat Salat Idulfitri di Pesantren Al Zaytun
"Malam itu saya seperti melewati hutan jati yang luas. Jalan di tengah 'hutan' itu lebar sekali. Aspal. Kanan-kirinya ada jalan yang lebih kecil," tulisan Dahlan, Disway edisi Senin (22/5).
Jalan lebar di tengah itu untuk mobil dua arah. Jalan di kiri untuk sepeda dua arah. Jalan di kanan untuk motor dua arah. Semua tertata.
BACA JUGA: Bu Mega Mengkritik Polri, Arief Poyuono: Itu Bentuk Kasih Sayang
Lalu ada simpang tiga. Dahlan yang menumpangi mobil Syekh Panji belok ke kiri. Masih hutan jati.
"Itu workshop baja. Semua bangunan di sini berkonstruksi baja," begitu Dahlan mengutip perkataan Syekh yang menunjuk arah gelap.
Beberapa menit kemudian Syekh menunjukkan jari lagi ke kegelapan yang lain, ke arah lokasi sawmill. Ada pabrik mebel di situ. Semua mebel di pesantren itu tidak ada yang dibeli.
Lalu, ada lagi jalan berbelok ke kanan yang menuju ke pabrik beras, cold storage, dan pabrik air minum dalam kemasan. Air minum untuk 8.000 penghuni madrasah itu ternyata diproduksi sendiri.
Selain itu, berasnya juga diolah sendiri dari sawah di kawasan pesantren. Kalau lagi menyembelih ayam sekaligus sekian ribu, lantas dimasukkan cold storage.
Malam itu Dahlan diajak Syekh Panji ke wisma tamu pesantren yang malam itu sudah ramai oleh orang tua santri. Sebab, besoknya ada wisuda mahasiswa sarjana angkatan ketiga.
Dahlan menggambarkan wisma di Ponpes Al Zaytun seperti hotel bintang tiga. Enam lantai. Lift-nya dua buah. Lobinya besar. Kamar-kamarnya besar. Ranjangnya besar. Kursi-kursinya besar.
"Berarti wisma ini sudah berumur 25 tahun. Sudah waktunya direnovasi ringan. Saya membayangkan betapa mewahnya untuk ukuran 25 tahun lalu di pedalaman Indramayu. Jangan-jangan itu gedung ber-lift pertama di kabupaten itu," lanjut Dahlan.
Syekh Panji Ternyata Jago Bahasa Ibrani dan Mandarin
Dahlan baru tahu Syekh Panji jago bahasa Mandarin saat acara makan malam di wisma tamu tersebut.
Saat itu, Dahlan duduk bersebelahan dengan Mayjen Purn Kivlan Zen dan istri. Di sebelah kanan ada rombongan pendeta Kristen dari Jakarta.
"Di seberang saya ada Robin Simanullang, wartawan senior, anak pendeta, penulis buku tentang Al Zaytun," tulisan Dahlan.
Sementara, Syekh Panji duduk di kursi di ujung meja. Maka makan malam pun dimulai dengan beragam menu: nasi, ayam, salmon, tongkol, sop gambas.
"Nasinya beras Jepang hasil panen pertama seluas 4 hektare di pesantren ini. Syekh tidak ikut makan. Ia terus berbicara, menjawab begitu banyak pertanyaan orang semeja," tulisan Dahlan.
Banyak sekali pertanyaan diajukan kepada Syekh Panji. Termasuk soal-soal yang sensitif mengenai Al-Qur'an dan Injil. Mengenai agama Ibrahim. Firaun. Isa Almasih. Muhammad.
"Setiap jawaban juga disertai kutipan ayat-ayat Al-Qur'an dan Injil, dalam bahasa Ibrani," ungkap Dahlan dalam tulisannya.
Eks menteri BUMN itu pun bertanya: di mana Syekh belajar bahasa Ibrani.
"Bahasa Ibrani itu mudah. Mirip sekali dengan bahasa Arab. Termasuk pengucapan dan grammar-nya," begitu Dahlan mengutip jawaban Syekh Panji.
Syekh Panji pun memberi banyak contoh, tetapi Dahlan tidak mampu mengingat semuanya. Dia mencermati begitu mirip dua bahasa itu.
"Salah satunya: assalamualaikum. Dalam bahasa Ibrani: salom alahum. Berarti Syekh ini bisa berbahasa Arab, Inggris, dan Ibrani," tulisan Dahlan.
Menurut Dahlan, ketika ia sekolah di Pondok Modern Gontor dulu, siswa memang diwajibkan berbahasa Inggris dan Arab. Yang ketahuan tidak bicara dua bahasa itu kena hukuman.
Namun, Dahlan heran karena di Gontor, tempat Syekh Panji mondok tidak ada pelajaran bahasa Ibrani.
"Ternyata Syekh juga bisa berbahasa Mandarin. Saya sama sekali tidak menyangka. Saya tahu itu secara kebetulan. Saat kami makan, ada orang Tionghoa masuk ruang makan. Syekh menyapanya dalam bahasa Mandarin. Saya terbengong," tulisan Dahlan.
Lalu Dahlan juga menyapa tamu itu dalam bahasa Mandarin. Ternyata dia dari Shanghai. Di Al Zaytun hanya akan 1,5 bulan. Orang tionghoa itu tenaga ahli instalasi air minum kemasan. Al Zaytun lagi memperbarui mesin pabrik air minumnya.
"Saya pun 'menguji' Syekh lewat beberapa pertanyaan dalam bahasa Mandarin. Semua bisa dijawab dalam Mandarin," lanjut Dahlan.
Namun, Dahlan mengungkap Syekh Panji tidak mau menjawab pertanyaan soal tuduhan Al Zaytun terafiliasi dengan ideologi Negara Islam Indonesia (NIl).
Konon Syekh Panji sudah bosan dengan pertanyaan itu. Yang setiap menjelang tahun ajaran baru selalu muncul.
"Biar dijawab Robin saja," tulisan Dahlan mengutip kelakar Syekh Panji dikutip dari Disway berjudul Zaytun Ibrani.(fat/disway/jpnn.com)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam