Dalam Politik, Dukungan Harus Dikonversi menjadi Kekuasaan

Minggu, 27 Oktober 2019 – 06:56 WIB
Ketum Projo Budi Arie Setiadi menjadi Wakil Menteri Desa PDTT. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menunjuk Ketua Umum Projo (Pro Jokowi) Budi Arie Setiadi sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Kelompok sukarelawan itu langsung kembali menyatakan mendukung Jokowi, setelah sempat "pamit".

Analis politik dari Universitas Diponegoro Teguh Yuwono menilai wajar Projo mendukung kembali Presiden Jokowi setelah Budi Arie Setiadi menjadi wakil menteri.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Mengaku Disodori 300 Nama Calon Menteri

"Wamen itu bentuk dari (hasil) pressure politik. Karena pressure ini berhasil, kembali mendukung Presiden RI Joko Widodo," kata Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Diponegoro Semarang Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin. di Semarang, Sabtu (26/10).

Alumnus Flinders University Australia ini menilai bahwa Pro Jokowi (Projo) sempat menarik diri karena merasa kontribusinya tidak dihargai dan tentu merasa dikecewakan

BACA JUGA: Presiden Jokowi Sebut 3 Nama Kader Pemuda Pancasila

"Dalam politik, dukungan harus dikonversi menjadi kekuasaan," kata Teguh yang pernah sebagai Ketua Program Magister Ilmu Politik FISIP Undip Semarang.

Hal itu pula yang menyebabkan kabinet gemuk dan banyak wamennya. "Ini efek dari banyaknya barisan pendukung dan pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin."

BACA JUGA: Adian dan Andi Gani Tolak Jabatan di Kabinet, Pengamat: Sikap Seperti ini Sangat Langka

Teguh menilai, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin akomodatif terhadap semua pihak yang membantu pemenangan pasangan ini dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 17 April 2019.

Walaupun wakil menteri diupayakan dari kalangan profesional, menurut Teguh, pertimbangan politisnya tetap kental. Hal ini yang menjadikan kabinet gemuk.

Sebelumnya, Projo pamit kepada Jokowi.Ormas yang telah mendukung Jokowi hingga dua periode pemerintahan itu tidak bisa menerima realita kalau Jokowi memasukkan nama Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto ke dalam Kabinet Indonesia Maju.

"Ada kekecewaan soal Prabowo jadi Menhan, mengingat Prabowo rival yang cukup keras waktu itu. Kami bertarung cukup keras. Akan tetapi, sekarang menjadi Menhan," ujar Sekretaris Jenderal Projo Handoko dalam konferensi pers di Kantor DPP Projo, Jalan Pancoran Timur Raya, Jakarta Selatan, Rabu (23/10).

Selain Prabowo, para sukarelawan pendukung Presiden Jokowi juga kecewa menyaksikan mantan Komisaris Utama Net TV Wishnutama dalam barisan calon menteri.

Ketua Projo DKI Jakarta Karl Sibarani mengatakan bahwa Wishnutama tidak pernah berkeringat dan "berdarah" dalam mendukung Jokowi, baik pada Pilpres 2014 maupun 2019.

Berbeda dari Projo, respons dari Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Milenial Arief Rosyid Hasan lebih positif.

Menurut Arief, sejumlah figur seperti Erick Thohir, Bahlil Lahadalia, Wishnutama, dan Nadiem Makarim adalah figur-figur yang selama ini memperoleh tempat di hati milenial. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler