jpnn.com - JAKARTA -- Perdebatan panjang terjadi antara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar dan Bupati nonaktif Kabupaten Gunung Mas, Hambit Bintih dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin malam, (17/3).
Perdebatan ini terjadi ketika Hambit menjadi saksi untuk Akil yang menjadi terdakwa dalam kasus dugaan suap pengurusan pilkada Gunung Mas di MK. Keduanya saling menyalahkan dalam hal melobi pengurusan pilkada itu.
BACA JUGA: Karyawan BNI Parepare jadi Tersangka
Perdebatan ini berlangsung ketika majelis hakim mempersilakan Akil sebagai terdakwa untuk bertanya pada Hambit selaku saksi.
Hambit dalam kesaksiannya mengaku bahwa dibantu salah satu orang dekat Akil, Dodi Sitanggang untuk melobi Akil. Hambit pun berkelit bahwa bukan ia yang meminta bantuan lebih dulu pada Dodi maupun politikus Golkar Chairun Nisa agar menemui Akil. Transaksi terjadi, kata dia, karena keduanya menawarkan diri.
BACA JUGA: Usai Urus Asap Riau, SBY Langsung Kampanye di Yogya
"Ibu Nisa tawarkan saya untuk ketemu terdakwa. Dodi juga mengaku dekat dengan terdakwa, jadi saya untuk check balance, saya coba melalui keduanya," ujar Hambit dalam sidang.
Akil yang mendengar pengakuan Hambit langsung melayangkan protes. Ia menyatakan tak mungkin Chairun Nisa dan Dodi menghubunginya tanpa disuruh terlebih dahulu oleh Hambit. Akil merasa tidak pernah menyuruh Chairun Nisa mendekati Hambit.
BACA JUGA: KPK Minta Pejabat Laporkan iPod yang Diberi Putra Sekretaris MA
"Kenapa dia (Chairun Nisa) harus sms saya? Saudara percaya Chairun Nisa atau Dodi? Kenapa melalui dua-duanya?," cecar Akil.
"Saya ndak tau. Dia (Chairun Nisa) kan yang SMS bapak. Jangan tanya saya. Dia hanya bilang perkaranya mau diurus enggak, mau ketemu terdakwa enggak. Saya bilang, kalau memang bisa ya boleh," kelit Hambit.
"Intinya saudara minta tolong dia apa tidak?" tekan Akil dengan nada suara tinggi. Namun tetap ditampik oleh Hambit.
Akil pun menampik bahwa ia dan Dodi sudah mengatur pertemuan dengan Hambit. Akil menegaskan sudah dua kali menolak kedatangan Hambit.
Namun, akhirnya Hambit datang lagi dengan Dodi. Setelah mengizinkan Hambit masuk ke kediamannya, Akil mengaku tidak ada pembicaraan yang seolah menekan Hambit dan menakut-nakutinya.
Akil juga membantah tidak pernah mengatakan pada Hambit bisa menghubungi Chairun Nisa jika ingin "mengurus" perkaranya.
"Itu persepsi saudara saja. Kalau saudara mau katakan lain, silakan saja. tidak ada kan saya bilang uang saat bertemu. Saya bilang nanti kita lihat perkara saudara. Saudara berbohong tapi Tuhan kan tahu. Saudara beriman kan? Belum budaya juga kan, saudara nanti disumpah secara adat juga lho," tekan Akil dengan suara tinggi.
"Saya tidak pernah suruh Dodi. Kenapa juga Chairun Nisa SMS minta tolong pada saya? Siapa Chairun Nisa, saya tidak pernah menyuruh dia. Saudara kan logikanya tidak masuk. Kalau saya nyuruh Dodi, saya pasti sudah bilang Dodi," lanjut Akil.
Ini pun membuat Hambit pun ikut naik pitam. Ia mengaku menyatakan apa adanya dalam sidang. "Kita sama-sama beriman. Saya bicara apa adanya biar majelis, jaksa penasehat hukum yang menilai. Malah bapak menghina Dayak," jawab Hambit dengan ketus.
Adu mulut antarkeduanya tak berujung. Akil tetap pada pernyataan bahwa ia tidak pernah memulai meminta uang suap dan menugaskan Dodi maupun Chairun Nisa untuk menemui Hambit.
Sedang Hambit kukuh menyatakan ia melakukan suap itu karena merasa ditakuti Akil dan ditawarkan bantuan oleh dua orang tersebut. Perdebatan itu akhirnya dihentikan Majelis Hakim dengan melakukan skors sidang. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Heran Kesepakatan Batu Tulis Baru Diungkap
Redaktur : Tim Redaksi