Dampak Lokalisasi, Anak PSK Dolly Usia 8 Tahun Kecanduan Seks

Selasa, 05 Agustus 2014 – 12:54 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Pemkot Surabaya menemukan dua bocah lagi yang terkena dampak buruk keberadaan lokalisasi. Seorang bocah –sebut saja Ayu yang masih berusia delapan tahun– punya ketergantungan hebat pada seks.

Seorang bocah lagi –sebut saja Jelita yang berusia 13 tahun– dipekerjakan di sebuah tempat karaoke. Meski masih anak-anak, dia juga dipaksa untuk mengonsumsi sabu-sabu.

BACA JUGA: Disetubuhi Ayah Kandung Berkali-kali, Bunga Dirawat Polisi

Senin kemarin (4/8) dua bocah itu diundang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke ruang kerjanya. Mereka diminta untuk bercerita tentang derita dan nasib malang yang selama ini dialami. ”Yang saya takutkan di luar sana masih banyak yang seperti ini,” ungkap Risma.

Di antara dua anak yang dihadirkan, hanya Jelita yang bisa bercerita secara langsung tentang kondisinya. Ayu memang diperlakukan secara khusus. Bocah yang masih duduk di bangku SD itu tidak bisa menahan nafsu berahi bila bertemu dengan laki-laki.

BACA JUGA: Dahlan Banyak Terima Aduan Krisis Listrik di Nunukan

Risma pun hanya memperkenankan wartawati untuk mewawancarainya dengan ditemani penjaga. Risma juga terlibat dalam obrolan di ruang khusus itu. Beberapa saat dia keluar dari ruangan tersebut dan menceritakan kekagetannya saat memulai perbincangan dengan Ayu. Risma ditanya mengapa tidak memakai gincu dan maskara.

”Aku ya kaget ditanyai ’Bu Wali kok ndak pakai ini (sambil memegang bibir) dan ini (sambil memegang bulu mata)’,” kata Risma pelan.

BACA JUGA: Jalur Tengah Macet hingga 80 KM

Dia tidak menyangka bocah umur delapan tahun bisa berkata seperti itu. Risma lebih kaget lagi saat ditunjukkan bahwa Ayu memakai maskara.

Kepala Bapemas KB Surabaya NanisChairani menuturkan bahwa perilaku Ayu itu memang di luar kebiasaan dan bikin orang geleng-geleng. Seorang psikolog laki-laki yang didatangkan untuk melihat kondisi Ayu malah digoda.

Psikolog laki-laki tersebut dipegang-pegang. ”Setelah itu, kami datangkan psikolog perempuan. Bahkan, sekarang kami juga meminta bantuan psikiater,” imbuhnya.

Perilaku Ayu yang demikian itu ternyata didapatkan dari ibunya yang menjadi pekerja seks komersial (PSK) di berbagai lokalisasi di Surabaya. Mulai Dolly, Jarak, hingga Moroseneng. Saat kecil, Ayu tinggal bersama ibunya. Dia juga melihat langsung saat ibunya melayani laki-laki hidung belang.

Pada saat wawancara kemarin, Ayu membeberkan bahwa dirinya terakhir punya lima pacar. Semua sudah dewasa. Mulai tukang becak hingga pekerja biasa. Dia juga kerap diajak menenggak minuman keras. Mulai cukrik hingga bir hitam. ”Rasanya ya sakit di perut dan leher seperti disilet-silet,” kata Ayu seperti ditirukan Nanis.

Nanis menyebutkan, Ayu sudah ditangani selama tiga bulan terakhir. Dia ditempatkan di selter khusus untuk mendapatkan terapi tiap hari oleh psikiater. ’’Kami juga memakai hipnoterapi untuk menangani traumanya,” jelasnya.

Sementara itu, Jelita yang juga masih cukup belia telah bekerja sebagai pemandu karaoke di Moroseneng. Semua itu dilakukan karena dia membutuhkan uang tambahan untuk biaya sekolah. Orang tuanya telah bercerai dan dia tinggal bersama ibunya.

Jelita juga terjerat kasus narkoba dan kini menjalani proses hukum di pengadilan. Karena masih bersekolah, dia pun tidak ditahan, tetapi diawasi ketat petugas bapemas KB. ’’Saya kapok tidak mau lagi bekerja di tempat karaoke,” ujarnya.

Dia menuturkan, pemilik karaoke memaksanya untuk ikut berpesta sabu-sabu sebanyak empat kali. Dia terpaksa mengikuti karena diancam.

Dua kejadian itu membuat tekad Risma semakin bulat untuk menutup lokalisasi di Dolly-Jarak. Wisma yang masih nekat buka akan ditindak tegas. Bagaimana dengan tempat karaoke. ”Kalau tempat karaoke, nanti dilihat izinnya,” ungkapnya.

Tim pengawas rumah hiburan umum (RHU) dari pemkot juga telah diberi mandat khusus untuk menindak tempat karaoke di sekitar lokalisasi itu. Bila tidak punya izin, tempat karaoke tersebut langsung disegel. (jun/c7/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terpeleset, Pasangan Muda Meninggal Bersamaan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler