Dampak Penurunan Tarif Batas Atas, Maskapai Kurangi Rute Penerbangan

Kamis, 30 Mei 2019 – 13:24 WIB
Pesawat Garuda Indonesia. Ilustrasi Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Keputusan pemerintah menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) harga tiket pesawat ternyata justru membebani maskapai. Maskapai penerbangan pun melakukan sejumlah penutupan rute-rute yang dinilai tidak menguntungkan untuk mengurangi beban keuangan akibat penurunan TBA.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie mengatakan penutupan rute tersebut dapat merugikan masyarakat di wilayah yang rutenya ditutup. “Akses ke sana akan sulit begitu pun dengan mereka juga akan kesulitan akses untuk ke wilayah lain,” ujarnya.

BACA JUGA: BPK Kerahkan Tim Usut Kejanggalan Laporan Keuangan Garuda Indonesia

Apalagi, beberapa rute yang ditutup merupakan rute yang menghubungkan beberapa wilayah ke Indonesia Timur seperti Langgur, Maluku Tenggara.

Dia mengatakan jika memang pemerintah ingin maskapai tetap mempertahankan sejumlah rute yang telah ditutup maka harus konsisten dengan memberikan subsidi ke maskapai di rute tersebut.

BACA JUGA: Penumpang Gigit Jari, Harga Tiket Pesawat Masih Mahal

“Seperti rute Belitung - Singapura itu kan dibuka tetapi pemerintah memberikan subsidi kepada Garuda sekitar Rp 8 miliar tetapi ternyata belum dibayarkan jadi pemerintah ya harus konsisten. Pada dasarnya maskapai kan tetap harus untung,” urainya.

BACA JUGA: Harga Tiket Pesawat Mahal, Konsumsi Avtur Turun

BACA JUGA: Jelang Mudik Lebaran, Sriwijaya Air Buka 3 Rute Baru

Sebelumnya, Garuda Indonesia memaparkan untuk mempertimbangkan menutup sejumlah rute akibat penurunan TBA. Selama ini, Garuda melakukan subsidi silang terhadap sejumlah rute yakni beberapa rute gemuk seperti Jakarta - Jogja, Jakarta - Surabaya, Jakarta - Denpasar, Jakarta - Semarang dan lainnya mensubsidi rute yang rugi.

Hanya saja, penutupan ini akan disesuaikan dengan kebijakan subsidi masing-masing pemerintah daerah. Jika pemerintah daerah menyediakan subsidi, maka rute tetap diterbangi, namun jika tidak, akan ditutup.

“Kami sudah tidak bisa mensubsidi dari jalur-jalur gemuk,” imbuh Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara.

Dia memperkirakan pada April 2019 pihaknya akan mengalami kerugian lantaran menurunkan TBA sebesar 35 persen setara USD 18 juta per bulan. Sedangkan saat ini penurunan masih sekitar 15 persen maka masih setara dengan BEP (Break Even Point).

Garuda menutup rute Singapura - Belitung serta akan mengurangi rute penerbangan ke Pulau Morotai, Maumere dan Bima. Salah satu alasannya lantaran bahan bakar di daerah tersebut jauh lebih mahal dibandingkan daerah lain.

Selain itu, jam operasional di sejumlah rute tersebut juga terbatas hanya sampai jam 16.00 waktu setempat. Sehingga, jika terlalu malam perseroan harus mengeluarkan biaya tambahan seperti biaya parkir dan menginap kru maskapai.

Jadi, sungguh tidak menguntungkan harga diturunkan, kita tidak bisa beroperasi di tempat tertentu. Kecuali kita diberi penugasan ya kita siap," tuturnya. Selain rute domestik, Garuda Indonesia juga akan mengurangi penerbangan ke sejumlah rute internasional seperti Amsterdam dari 6 kali menjadi 3 kali.

“Impact-nya cukup banyak dari penurunan tarif ini. Kita cukup strict. Kalau sangat rugi kita tutup," jelasnya.

Menurutnya, hanya di Indonesia ada aturan TBA atau Tarif Batas Bawah (TBB). Padahal, maskapai di Indonesia dinilai sulit berkompetisi di luar negeri karena terlalu banyak komponen pajak yang harus dipenuhi.

“Harga pada 2016 mendapat teguran dari pemeriksaan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) karena Garuda menjual harga di bawah pokok produksi. Pada 2019 kita menjual di harga di atas pokok produksi, itu yang menjadi isu harga tiket mencuat,” urainya.

BACA JUGA: Tak Mungkin Ancaman Pembunuhan dan Penyelundupan Senjata Hanya Rekayasa

Namun demikian, bisnis penerbangan Garuda masih tertolong dengan adanya penerbangan-penerbangan ke Jepang, Singapura, Jeddah atau Madinah sebagai pasar tradisional. Tapi, untuk bersaing, komposisi harga rata-rata Garuda, lanjut Ari, jauh di bawah negara lain.

“Di Indonesia harga rata-rata per jam itu dalam rupiah kita paling rendah sendiri dibanding Jepang atau China, Amerika Serikat (AS), Eropa atau Australia. Ini proporsi waktu TBA masih tinggi, sekarang turun jadi turun lagi,” kata Ari. (vir)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menhub Pastikan Awasi Terus Tarif Tiket Pesawat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler