Dan Penjual Hewan Kurban yang Satu Ini Pun Bersedih

Rabu, 08 Oktober 2014 – 18:58 WIB
SEDIH: Tak semua pedagang hewan kurban bisa meraup untung di hari raya Idul Adha tahun ini. Foto: Yessy Artada/JPNN.com

jpnn.com -  

HARI raya Idul Adha mendatangkan rejeki tersendiri bagi para penjual hewan kurban dadakan. Keuntungan yang mengiurkan berkisar Rp 300 ribu-Rp 1 juta dari penjualan satu hewan kurban, menjadi daya tarik tersendiri. Namun tak sedikit dari mereka yang harus gigit jari menanggung kerugian.

BACA JUGA: Tulang Punggung Keluarga, Operasi Payudara di Thailand

----------------------------------

Yessy Artada, Jakarta

BACA JUGA: Sudah Lama Berkawan dengan Orang Utan


Perayaan hari raya Idul Adha sudah lewat tiga hari, namun tak sedikit hewan kurban yang tersisa alias tidak laku terjual. Hal ini menimpa Tauhid Al Iman, salah satu penjual kambing di Juanda, Jakarta. Dari 104 ekor kambing yang ia beli, tersisa 12 ekor. Sedangkan untuk sapi, ia hanya menjual tiga ekor sapi sesuai permintaan pelanggan.

Tauhid bersama teman-temannya memang tak mau mengambil risiko besar untuk membeli sapi dengan jumlah banyak, mengingat harganya yang mencapai puluhan juta. Risiko ini sudah ia pahami dalam berdagang, mengingat ini bukan kali pertama ia menjadi penjual hewan kurban dadakan.

BACA JUGA: Mantan Dirut Pertamina Kini Bisa Tersenyum Ramah

"Kambing yang nggak laku sudah menjadi risiko, tidak bisa dikembalikan. Untuk kambing sisa 12 ekor. Kalau sapi hanya tiga ekor sesuai permintaan, karena harga sapi melambung tinggi dari sananya, jadi tidak berani jual banyak, takut rugi besar," ujar Tauhid saat ditemui JPNN.com, Selasa (7/10) malam.

Diakui bapak satu anak ini, bahwa tahun ini bisa dibilang tahun yang menyedihkan bagi para penjual daging kurban. Di mana lebih banyak hewan kurban yang tidak laku bila dibanding tahun lalu. Tauhid bisa dibilang masih lebih beruntung dibanding temannya yang juga menjual hewan kurban. Sebab ada kambing yang tersisa sebanyak 60 ekor.

"Tahun ini hampir semua pedagang kambing banyak yang tersisa, tidak seperti tahun lalu laris manis, tahun ini tidak banyak pendapatan. Di kandang teman saya masih tersisa sekitar 60 ekor kambing dan delapan ekor sapi. Ya begini lah nasib pedagang," bebernya.

Bila tahun lalu masih ada sistem hewan kurban yang tidak laku dikembalikan ke penjual aslinya, untuk tahun ini sistem tersebut tidak ada. Para pengepul hewan kurban kata Tauhid, tak mau menanggung kerugian dari banyaknya sisa hewan kurban yang tidak laku terjual itu.

"Dulu iya masih banyak yang namanya sistem pinjam tidak laku di kembalikan, sekarang tidak bisa, mungkin banyak pedagang dibohongi. Hewan kurban yang nggak laku nggak dipulangin. Zaman sekarang ada fulus ada barang," sautnya sembari tertawa.

Untuk menutupi kerugian dari puluhan kambing yang tidak laku terjual ini, ia bersama teman-temannya harus mencari orang yang mau membeli kambing yang tidak laku. Agar cepat laku, pria berusia 36 tahun ini membanting harga dari harga yang ia jual. Soal keuntungan tahun ini, ia enggan menyebut nominal angka. Meski tahun ini ia tak panen penghasilan seperti tahun lalu, Tauhid yang juga berprofesi sebagai pegawai swasta di Jakarta ini mengaku tak trauma menjadi penjual hewan kurban dadakan.

"Tahun ini menang tipis, ada juga (pedagang) yang menangis. Intinya, tahun ini rata-rata pedagang kambing bersedih, termasuk saya. Kalau trauma nggaklah," akunya. (chi/jpnn)

jpnn.com -  

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tantangannya Guncangan Hebat dan Suhu Dingin di Ruangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler