Dana Pensiun Bidik IPO Perusahaan Rintisan

Selasa, 20 September 2016 – 08:52 WIB
IHSG. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Dana Pensiun (Dapen) berencana melipatkan uang kelolaan melalui investasi di perusahaan yang belum masuk ke bursa.

Tak terkecuali perusahaan rintisan (start-up) yang berpotensi berkembang.

BACA JUGA: BNI Gratiskan Kartu Nontunai Elpiji 3 Kg

Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Adrian Rusmana menyatakan, dana kelolaan akan lebih maksimal bila Dapen berinvestasi di perusahaan yang belum melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).

Menurut dia, strategi utama Dapen adalah mencari investasi yang volatilitas harganya tidak terlalu ekstrem serta memperoleh recurring income (pendapatan berulang) yang baik.

BACA JUGA: Pemerintah Bakal Tambah Utang Rp 39 Triliun

’’Kalau cari saham ya yang dividennya bagus. Kalau obligasi yield dan properti recurring-nya bagus,” tutur Adrian saat mengikuti Pension Fund Business Meeting di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin (19/9).

Dia menyebutkan, investasi di perusahaan pra-IPO bisa menjadi salah satu cara ampuh untuk menghindari volatilitas.

BACA JUGA: Menhub: Tak ada Lagi Sekat-sekat

Konsekuensinya, Dapen harus terlibat langsung untuk membantu memperbaiki manajemen perusahaan.

”Kuncinya, harus mengerti bisnisnya, punya tim analisis yang bagus dan tim investasi yang kuat, serta mau terlibat langsung (dengan perusahaan yang dibidik, Red),” jelas direktur utama Dana Pensiun Pertamina tersebut.

Aturan memperbolehkan investasi berupa penyertaan langsung maksimal 15 persen di antara total portofolio investasi Dapen.

Saat perusahaan siap go public, Dapen sudah mengoleksi saham perusahaan dan keuntungan bisa direalisasikan saat IPO.

”Sekarang kan ada tujuh calon emiten yang bagus-bagus. Kami sih minat masuk di dua perusahaan yang potensial. Lupa saya nama perusahaannya,” ucap Adrian.

Total dana kelolaan anggota-anggota ADPI kini mencapai Rp 220 triliun. Di antara jumlah tersebut, sekitar Rp 10 triliun dimiliki Dapen Pertamina.

Investasi sekitar 25 persen di saham, 27 persen di obligasi negara, dan sisanya di korporasi-korporasi.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menuturkan, banyak perusahaan UKM dan start-up yang potensial.

Banyak yang mampu menarik angel investor sehingga siap menjual saham di bursa. Meski demikian, UKM dan start-up membutuhkan bimbingan dari sisi administrasi dan tata kelola perusahaan yang baik.

”Di situlah peran broker dan pemodal seperti private equity dan Dana Pensiun,” ujarnya. (gen/c18/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Duh, Awal Oktober Harga Premium Naik?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler