Dana Remitensi TKI Capai Rp 2 Triliun, Jepang Mulai Dilirik

Senin, 25 Mei 2015 – 10:40 WIB
Kepala BNP2TKI Nusron Wahid. FOTO: dok/jpnn.com

jpnn.com - JEPANG merupakan salah satu negara favorit para WNI yang ingin mengadu nasib di negeri orang. Di sana, para WNI bisa mendapatkan pendapatan cukup tinggi per bulannya. Berdasarkan data BNP2TKI, ada sekitar 30 ribu WNI di Jepang. Nah, 14 ribu di antaranya pekerja dengan mekanisme G to G antara pemerintah Indonesia dan Jepang. 

Di sana, banyak orang yang menjadi tenaga magang (kenshushei) di perusahaan manufaktur, konstruksi, jasa dan pertanian, tenaga peraway (kangoshi) dan careworker (kaigofukushishi).

BACA JUGA: Ini Nilai Kontrak Baru Waskita yang Diperoleh hingga Pertengahan Mei

‎Gaji mereka dapat antara 120.000 sampai 250.000 yen atau serata Rp 15 sampai 30 juta per bulan. Dari pendapatan tersebut, devisa yang dikirim melalui remitansi mencapai sekitar Rp 2 triliun setiap tahunnya. 

"Ke depan dengan ditutupnya Timur Tengah, yang akan ke Jepang tambah banyak. Apalagi akan ada proyek olimpiade di Jepang. Devisa juga akan tambah meningkat," kata Ketua BNP2TKI Nusron Wahid dalam pembukaan edukasi di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, Jepang.

BACA JUGA: Kantongi Laba Bersih Rp 190 Miliar Bukti Jiwasraya Masih Lebih Kuat di Grup Asuransi

Nah, meski mendapat gaji cukup tinggi, bukan berarti para TKI yang bekerja di Jepang dijamin bisa mempergunakan uangnya dengan baik.  “Sebab banyak di antara mereka (TKI) yang waktu mau berangkat hutang dan waktu pulang kembali jual tanah, karena tidak bisa mengelola uang hasil kerjanya. Ini penting harus diedukasi," ujar Nusron.  

Nah, karenanya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BNP2TKI kembali berkolaborasi memberikan edukasi keuangan dan kewirausahaan bagi TKI di Tokyo, Jepang. 

BACA JUGA: Pengurus Baru BRTI Beri Perhatian Khusus Kasus IM2

Materi yang diberikan dalam literacy dan edukasi ini, adalah pengenalan lembaga dan produk jasa keuangan, seperti perbankan, asuransi, pembiayaan, pasar modal dan lembaga keuangan mikro. Selain itu ada juga materi tentang perencanaan dan pengelolaan keuangan.

"Saya terima kasih ke OJK yang berkomitmen melakukan literacy keuangan kepada yg belum beruntung, salah satunya TKI," kata Nusron.

Dalam acara yang diikuti sekitar 200-an TKI itu juga menghadirkan beberapa pembicara. Di antaranya adalah Deputi Komisioner OJK Edukasi dan Perlindungan Konsumen Sri Rahayu Widodo, Direktur Pelayanan Konsumen Sondang Martha Samosir, Kepala Cabang BNI Tokyo dan beberapa pejabat di lingkungan KBRI Tokyo Jepang.

Menurut Nusron, banyak TKI di luar negeri yang gagal karena lebih disebabkan tidak bisa mengelola uang yang didapat dengan baik dan produktif. "Banyak yg terjebak pola hidup konsumtif, sehingga mau pulang malu, dan akibatnya banyak yg jadi overstayer,” kata dia.

Menjadi TKI, kata Nusron, seharusnya hanya sasaran antara antara atau jembatan menuju sukses dalam menata masa depan. "Jangan sampai orang jadi TKI seumur hidup. Uang yang sudah didapat harus dimulai dimulai belajar berusaha dan ke depan harus menjadi pengusaha,” imbuhnya. (mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Resmikan Gedung Tertinggi di Indonesia, Jokowi Puji Bos Nasdem


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler