Danau Toba Sebagai UNESCO Global Geopark, Sanggam Hutapea Merespons Begini

Kamis, 07 September 2023 – 09:01 WIB
Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea mengingatkan penetapan Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark sejak tiga tahun lalu.

Oleh karena itu, Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah maupun masyarakat memiliki tanggung jawab besar dalam pengembangan dan pembangunan kawasan Danau Toba.

BACA JUGA: Sanggam Hutapea: Pengembangan Kawasan Danau Toba Tidak Boleh Berhenti

“Menjadikan kawasan Danau Toba sebagai wisata berkelas dunia, bukan hanya bicara membangun infrastruktur, tetapi juga harus sejalan dengan upaya menjaga ekosistem dan kelestarian lingkungan kawasan Danau Toba,” ujar Sanggam Hutapea dalam keterangan tertulis pada Kamis (7/9).

Sanggam Hutapea menyampaikan hal itu menanggapi munculnya gambar Danau Toba sebagai tampilan Google Doodle pada Kamis 31 Agustus 2023.

BACA JUGA: Kematian 2 Pelajar di Danau Toba Harus jadi Pelajaran buat Para Orang Tua

Menurut Sanggam, para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Danau harus duduk bersama untuk menyatukan presepsi pengembangan dan pembangunan serta pelestarian lingkungan, termasuk menjaga kestabilan debit air Danau Toba agar dari tahun ke tahun tidak mengalami penyusuatan.

Akan lebih baik jika pemerintah melibatkan peneliti guna mengetahui penyebab terjadinya penyusutan debit air Danau Toba yang setiap tahunnya terjadi.

BACA JUGA: 2 Pelajar yang Hanyut di Perairan Danau Toba Ditemukan Sudah Meninggal Dunia

“Saya berpikit perlu upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan, baik Pemerintah Pusat dan Daerah, maupun masyarakat untuk meningkatkan dan terus menjaga ekosistim dan kelestarian lingkungan kawasan Kaldora Toba,” kata Sanggam.

Dia mengatakan jika ekosistem Danau Toba tidak menjadi perhatian serius, maka lingkungan kawasan Danau Toba akan makin rusak dan penyusutan debit air Danau Toba akan makin besar.

“Lingkungan kawasan Danau Toba  otomatis juga akan mengurangi keindahan alam Danau Toba yang mempesona,” katanya.

Sanggam mengatakan menjadikan kawasan Danau Toba sebagai wisata berkelas dunia bukan hanya pembangunan infrastruktur, tetapi juga harus menjaga ekosistim dan kelestarian lingkungan kawasan Danau Toba.

Alumnus pascasarjana Universitas Gajah Mada itu mengatakan penetapan Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark tentu membuat kawasan Danau Toba jadi perhatian dunia dan lebih mudah mempromosikan Danau Toba sebagai wisata dunia.

Penetapan ini juga dapat mendorong pengembangan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di kawasan  Danau Toba dan melalui pengembangan geo-pariwisata yang berkelanjutan akan terbuka peluang bagi masyarakat yang tinggal di kawasan itu untuk promosikan budaya, produk lokal, dan tentu menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Sanggam Hutapea mengingatkan meminimalisir kerusakan lingkungan kawasan Danau Toba memerlukan upaya penyelamatan agar degradasi lingkungan yang terjadi tidak terus berlanjut.

Berbagai uapaya harus segera dilakukan, dan salah satu cara menurut Sanggam Hutapea yakni melakukan penghijauan menyeluruh dikawasan Danau Toba agar kembali asri.

Dengan adanya penghijauanm jelas Sanggam Hutapea, akan menurunkan suhu suatu di kawasan itu dan oksigen yang dikeluarkan tumbuhan akan membuat lingkungan lebih segar, nyaman dan asri.

Sanggam Hutapea pun mendorong agar adanya kebijakan dari Pemerintah untuk mengatur pembangunan di kawasan Danau Toba. Seperti maksimal tinggi bangunan. Bahkan jika memungkinkan dilakukan kajian di beberapa kawasan untuk tidak mempergunakan alat pendingin seperti AC (Air Conditioner).

Menurut Sanggam, masih banyak tempat di kawasan Danau Toba saat ini sangat memungkinkan tidak memerlukan alat pendingin yang mengkondisikan ruangan sesuai dengan yang diinginkan.

Di Kota toris Parapat, Kabupaten Simalungun contohnya masih ada penginapan tidak memakai alat pendingin (AC) karena kawasan tersebut berada di daerah dataran tinggi sehingga cukup membuat udara terasa sangat dingin.

Bahkan di Parapat, salah satu hotel berbintang yakni Parapat View tidak memasang AC untuk penyejuk. Pasalnya, keasrian di lingkungan hotel yang berdampingan dengan rumah- rumah penduduk sirkulasi oksigen tetap terjaga.

Arsitektur atau desain bangunan dengan corak khas Batak, ditambah konsep layanan kamar menambah kenyamanan untuk menikmati keindahan alam Danau Toba.

Sebab, hotel ini berdampingan langsung dengan rumah-rumah penduduk untuk memberi nilai tambah nuansa pedesaan yang asri, sejuk dan di kelilingi tumbuh berbagai jenis pohon, yang memberikan kesejukan.

Parapat View Hotel yang posisinya tepat menghadap Danau Toba yang berkomitmen menerapkan konsep ramah lingkungan asri dan tidak memakai alat pendingin itu, juga menjadi pilihan rombongan DPR RI pada tahun 2019 untuk menggelar Forum Komunikasi dan Sosialisasi Program Kerja DPR RI bersama Koordinatoriat Wartawan DPR RI dengan tema “Keindahan Panorama Danau Toba Sebagai Milik Masyarakat Dunia, dan Kesiapan Masyarakat untuk Menerima Danau Toba Sebagai Daerah Pariwisata, untuk Pembangunan Infrastruktur Menghadapi Tahun 2025”.

"Jadi kita yakin jika kelestarian lingkungan di kawasan Danau Toba terjaga maka desain dan material hotel yang dirancang peduli pada kelancaran sirkulasi udara dan cahaya, serta tidak merusak lingkungan, tempat penginapan di kawasan danau Toba tidak membutuhkan AC untuk penyejuk,” tegas Sanggam.

Sanggam pun mengajak para pelaku pariwisata di kawasan Danau Toba untuk rutin melakukan penanaman pohon untuk menjaga ke asrian dan sirkulasi udara yang sejuk di lingkungan masing-masing.

Sekali lagi Sanggam mengingatkan bahwa penetapan Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark, memberikan kesempatan dan sekaligus juga tanggung jawab bagi Indonesia, khususya bagi masyarakat.(fri/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler