Dangdutan di Perbatasan Bikin Warga Malaysia Ketagihan

Kamis, 01 September 2016 – 10:01 WIB
Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - SAMBAS - Tidak hanya orang Indonesia yang gila dangdut. Warga negeri tetangga, Malaysia pun gandrung bukan kepalang pada musik yang dominasi suara kendang itu.

Suguhan dangdut dari Festival Wonderful Indonesia (FWI) Kemenpar RI adalah buktinya. Dua hari full dangdutan di Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat ternyata dibanjiri orang-orang Malaysia perbatasan.

BACA JUGA: Operasional Kantor Dipakai Istri dan Anak Ditarik Pemerintah

Festival cross border (perbatasan) yang berlangsung 27-28 Agustus 2016 itu pun menjadi magnet yang mampu menyedot wisatawan mancanegara (wisman) asal Malaysia. Dalam dua hari dangdutan di  Lapangan Patoka, atau sekitar 3 kilometer dari perbatasan Indonesia-Malaysia, lebih dari 1.000 wisman masuk melalui imigrasi Entikong.

Pada hari-hari biasa, pos lintas batas Entikong rata-rata hanya dilewati 100 - 150 wisman. Tapi pada festival Minggu lalu (28/8), wisman Malaysia datang secara bergelombang. Sampai-sampai panitia menyiapkan bus antar jemput ke perbatasan.

BACA JUGA: Ketika Musik Religi Tampil Kekinian

Sampai lokasi pun langsung disambut dangdut pembuka. Turis negeri jiran itu menempati kursi undangan yang disiapkan panitia.

Tua-muda, laki dan perempuan tampak memenuhi 200 kursi undangan. Karena tidak cukup, rombongan berikutnya langsung membaur dengan penonton lokal di lapangan.

BACA JUGA: Ada Mortir Aktif di Belakang Rumah Keluarga Pensiunan TNI

Mereka larut dengan alunan dangdut di Lapangan Patoka. Suhu panas Entikong yang mencapai 37 derajat Celsius tak membuat mereka berhenti berjoget bersama.

 
Goyangan bertambah hot setelah biduanita asal Sukabumi, Selvie naik panggung. Ia langsung menggoyang para tamu mancanegara dengan "Sambalado" sebagai lagu pembuka.

Para turis asal Serawak tumplek blek bersama sekitar 4000 lainnya. Lapangan penuh sesak. Bahkan di antara wisman ada yang nekat naik ke panggung berjoget bersama sang artis.

Saking semangatnya disambut ribuan penonton, Selvie sampai membawakan 8 lagu. Padahal kontraknya hanya 4 lagu.

"Hayoo yang dari Malaysia angkat tangan. Saya terharu sekali penontonya segini banyak ya. Teman teman dari Malaysia selamat datang dan salam Wonderful Indonesia," sapa biduan dangdut juara 3 pada ajang pencarian bakat di Indosiar 2015 itu.

Makin sore bertambah heboh. Jingkrak-jingkrak lautan penonton membuat makin panas. Berkali kali pula air disemprotkan untuk mendinginkan penonton. Basah kuyub justru menyegarkan dangduters yang terus ketagian joget.

Remon, salah satu penonton asal Tebedu, Serawak mengaku baru pertama kalinya datang ke Entikong. Pegawai kantoran itu mengaku datang bersama anak dan istrinya karena hobi dangdut Indonesia.

Selama ini. ia hanya mendengarkan dari radio saja. "Begitu melihat iklan di koran ada festival dangdut kami datang kemari," tuturnya.

Dia mengaku suka lagu-lagu Rhoma Irama dan Inul Daratista. Sebenarnya ia pernah melihat show dangdut di Malaysia.

Tapi, ia merasa kurang puas karena goyangnya tidak sebebas di Indonesia. "Pokoknya kami suka dangdut, mau dong kalau ada lagi," katanya.

Selain diserbu rombongan dari Tebedu Serawak, festival hari kedua itu juga ditonton club motor gede atau moge dari Kuching. Ada sembilan orang penunggang moge yang datang atas undangan Konjen RI di Kuching,  Malaysia. Mereka juga asyik berjoget di bawah terik matahari.

"Dangdut dangdut okelah. Kami juga suka touring nonton dangdut sampai Pontianak," ujar Syawal, pemimpin rombongan moge itu.

Di Kuching, dia memimpin klub moge bernama Tegar Bikers Serawak. Anggotanya 150 orang.


Festival Wonderful Indonesia Entikong itu juga benar benar menjadi pelepas dahaga warga perbatasan. Sudah lama mereka tidak mendapat hiburan.

"Orang perbatasan itu sibuk cari duit mereka butuh hiburan. Kalau boleh usul kedepan datangkan Wali Band atau orkes Palapa,  Monata, Inul atau Brodin. Saya jamin lapangan gak cukup. Orang Sanggau pun akan datang," kata Syamsul, warga Entikong.

Para pelaku bisnis pun ketiban untung. Dampak festival itu membuat jasa penginapan dan warung makan laris. Hotel Prambanan di Jalan Raya Malindo misalnya, selama seminggu kamarnya penuh. "Dari 27 kamar kami penuh gara gara dangdutan,” kata Zulkifli Lubis, pengelola Hotel Prambanan.

Selain itu, selama dua hari festival juga bermunculan warung tiban. Lebih dari 50 warung berjualan makanan dan minuman di lokasi acara. Semuanya laris manis. "Habis sembilan kilo ayam," ujar Anik, penjual sate.


Asdep Pengembangan Pemasaran ASEAN, Rizki Handayani Mustafa cukup terharu dengan kesuksesan Wonderful Indonesia (FWI) 2016 di Entikong tersebut. Meski upaya mewujudkan festival itu tergolong berat, tapi hasilnya memuaskan.

"Rapat koordinasi, ketemu camat di wilayah Malaysia, menyebar flyer, nempel poster, branding kita sangat kuat. Pesiapannya luar biasa di crossborder. Perjuangan perjalanannya berat banget. Tapi begitu lihat hasilnya, sangat memuaskan! Jadi hiburan yang asyik buat masyarakat kita di perbatasan. Dampak ekonominya juga terasa," kata Rizki yang terus menerjemahkan rumus pengembangan pariwisata dari Menpar Arief Yahya itu.

Sedangkan Arief mengatakan, ada kemiripan dalam bisnis pariwisata, transportasi dan komunikasi. “Ada proximity atau kedekatan, ada season atau musiman, dan ada momen atau event tertentu yang bisa memindahkan orang dari satu titik ke titik yang lain," ulasnya. (adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Digigit Anjing Rabies, Mantan Calon Bupati Ketakutan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler