jpnn.com - PADA masa pendudukan Jepang, peranan Marine Establishment (ME), galangan kapal terbesar di Asia yang dirintis Gubernur Jenderal Van Der Capellen tidak berubah.
Hanya namanya diganti menjadi Nagamatsu Butai. Nama itu digunakan selama empat bulan pertama. Selanjutnya diganti lagi menjadi Kaigunse 21-24 Butai.
BACA JUGA: Galangan Kapal Terbesar di Asia Itu Direbut Jepang
"Suatu sore, petugas Angkatan Laut Jepang meminta Affandi mendirikan Hokokai SE 21/24 Butai di Ujung. Mereka mendapat pelatihan militer semacam Peta (Pembela Tanah Air) dengan nama Hokodan," tulis buku Jejak Intel Jepang.
Menurut cerita Affandi, satu kelompok jumlahnya 300 orang, dilatih selama dua minggu. Selama mengikuti pelatihan, peserta menginap di Asrama Sidotopo.
BACA JUGA: Digertak Jepang, Galangan Kapal Terbesar di Asia itu Ditutup Belanda
"Mereka ini mendapat gaji dan makan tiga kali sehari. Setelah dua minggu mereka dipulangkan dan datang lagi kelompok berikutnya dengan jumlah yang sama," kenang Affandi, sebagaimana dilansir dari dokumen arsip sejarah PAL, Dinas Penerangan Angkatan Laut Republik Indonesia.
“Terus begitu hingga 10 periode. Berkat pelatihan militer itu saya punya 3000 orang terlatih,” ujar Affandi dan diamini sejawatnya Ing Wibisono.
BACA JUGA: Ketika Gubernur Jendral Van Der Capellen Memilih Surabaya...
Suasana di Ujung, di galangan kapal terbesar di Asia itu berubah lagi ketika Jepang kalah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Affandi mengorganisir para pekerja dan mendirikan Penataran Angkatan Laut (PAL). Berbekal pelatihan militer dari Jepang, orang-orang PAL tampil kemuka ketika perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia meletus.
Bahkan mereka mendirikan pabrik senjata. Ya, pabrik senjata pertama milik angkatan perang Indonesia. Simak terus lanjutan cerita ini... (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemberontakan Si Patai, Bandit Revolusioner Padang Kota
Redaktur : Tim Redaksi