Dari Jualan Sambal, Bu Emi Berhasil Kuliahkan Dua Anaknya

Sabtu, 15 Oktober 2016 – 00:53 WIB
Emi Suryani menunjukkan sambal Maike miliknya. Foto: Ferial/Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - IBU tiga anak ini berhasil membuat racikan sambal yang digemari banyak orang. Bahkan sambal bermerek Maike ini laris dijadikan oleh-oleh para turis.

FERIAL AYU - Mataram

BACA JUGA: Kisah Sedih Rahmat, Lidahnya Digerogoti Kanker, Istri Menangis

Jika ingin berhasil maka harus berani berinovasi. Seperti yang dilakukan Emi Suryani. 

Perempuan asal Kopang, Lombok Tengah ini yakin, jika mau berusaha pasti ada jalan.

BACA JUGA: Didatangi Pria Berjubah Putih secara Gaib, Kini Punya Kemampuan Temukan Barang Hilang

Dengan senyum ramah, dia menyambut Lombok Post (Jawa Pos Group) di warung sederhana miliknya.  "Silakan duduk mbak," katanya ramah.

Merapikan jilbab yang digunakannya, ia pun memulai kisahnya.

BACA JUGA: Misteri Danau Pengantin yang Dikenal Angker, Sudah Tujuh Orang Tenggelam

Semua berawal dari hobi anak dan keluarganya makan sambal. Setiap kali makan, anaknya selalu menginginkan sambal.

Memakan sambal dengan rasa yang sama, tentu sedikit membosankan. Ia ingin membuat sambal yang sekaligus menjadi lauk untuk makan.

"Jadi kalau tidak ada ikan, bisa langsung jadi lauk," ujarnya.

Ia pun mulai melakukan beragam percobaan. Dimulai dengan ikan asin. Dia sadar, butuh kesabaran besar jika ingin menciptakan sesuatu yang baru. 

Ia harus mengalami kegagalan berkali-kali. Sebelum akhirnya berhasil. "Saya ciptakan pertama kali untuk anak-anak," tuturnya.

Setelah berhasil, ia pun membuatnya untuk bekal makan siang anak-anaknya. Sambal ikan asin dibawa putra sulungnya ke kantor tempat dia bekerja.

Rekan kerja anaknya pun mulai mencicipi. Rasa unik. Rasa ikan asinnya yang khas membuat mereka tertarik. 

Sejak saat itu, sambal di bekal makanan anaknya selalu dikerubuti rekan-rekan kantornya.

Dari situ teman anaknya mulai meminta untuk dibuatkan juga.

"Kita pesan sambal dong," ujarnya meniru ucapan rekan sekantor anaknya.

Atas dukungan ibu dan anaknya, Emi mulai menerima pesanan. Pesanan pun semakin meningkat setiap harinya. Ia pun mulai melakukan percobaan lagi dengan varian lain. Ia mencoba cumi dan tongkol.

Berbisnis sambal tentunya penuh cobaan. Terutama dari segi keawetan. Sambal biasanya hanya bertahan maksimal tiga hari.

Namun berbeda dengan sambal Maike. Sambal ini mampu bertahan hingga 10 hari lamanya setelah kemesannya dibuka.

Emi menuturkan, untuk menghasilkan sambal tahan lama perlu proses yang apik. Mulai dari pemilihan bahan, harus yang fresh.

Selain itu, proses masakannya pun juga melalui empat kali penggorengan. Dimulai dari bahan yang digoreng secara terpisah.

Kemudian ditumbuk lalu digoreng. Setelah itu dicampur menjadi satu dan digoreng kembali. 

Terakhir diberi ikan asin, cumi atau tongkol lalu digoreng kembali. "Saya tidak pakai bahan pengawet," akunya.

Dari mulut ke mulut, sambal Maike mulai berkembang. Pemesan bahkan tak hanya rekan anaknya, namun juga beberapa orang dari luar daerah.

Selang beberapa bulan, Emi memutuskan untuk membuka warung sederhana. Terletak tak jauh dari eks bandara Selaparang. 

Sambal yang ia jual ternyata juga menarik perhatian beberapa wisatawan asing yang singgah. 

Mereka bahkan membelinya sebagai oleh-oleh. "Mereka dari Jerman, Swiss, Vietnam, dan beberapa negara lainnya," terangnya.

Tak hanya itu, beberapa tenaga kerja Indonesia hingga jamaah calon haji membawa sambal tersebut ke Arab Saudi.

Harga yang ditawarkan pun relatif murah. Per botol sambal dihargai sebesar Rp 25 ribu.

Berkat jualan sambal tersebut, Emi kini berhasil menyekolahkan kedua anaknya yang lain hingga perguruan tinggi. Sekaligus juga membantu perekonomian keluarganya. (*/r5/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunakan Ilmu Sang Ayah, Kini Si Tukang Sol Sepatu Jadi Bos


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler