Dari Korosi Mesin, Pilot Bunuh Diri, hingga Dirudal Militer

Minggu, 09 Maret 2014 – 18:48 WIB

jpnn.com - NEW YORK - Berbagai spekulasi tentang penyebab hilangnya pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing di Laut China Selatan, Sabtu (8/3) terus bergulir. Para ahli pun mencoba mereka-reka musabab hilangnya pesawat Boeing 777-200 dengan 239 orang di dalamnya itu melalui berbagai pendekatan.

Dalam sebuah penerbangan, bagian paling berbahaya justru saat lepas landas dan mendarat. Jarang terjadi insiden saat pesawat berada 7 mil di atas permukaan bumi. Bahkan catatan statistik Boeing menunjukkan hanya 9 persen kecelakaan fatal saat pesawat ada di ketinggian.

BACA JUGA: Karya Seni Dibikin Iklan Senjata AS, Italia Berang

Namun khusus MH370, pesawat tiba-tiba lenyap dari radar. Kalaupun terjadi kegagalan mesin pada Boeing 777-200 yang dioperasikan maskapai berkode MAS itu, maka pilot tentu masih sempat menyampaikan panggilan darurat.

Para ahli pun menduga telah terjadi sesuatu yang cepat sehingga pilot tidak sempat membuat panggilan darurat. “Tidak adanya panggilan darutat menunjukkan sesuatu yang begitu mendadak dan  terjadi sangat keras,” ulas William Waldock, pakar penyelidikan kecelakaan pesawat dari Embry-Riddle Aeronautical University, Amerika Serikat.

BACA JUGA: Dua Penumpang Ilegal Malaysia Airlines Punya Tujuan Berbeda

Karenanya, dugaan tentang kemungkinan adanya aksi terorisme terhadap MH370 pun semakin terbuka. “Apakah anda mendapatkan peristiwa bencana hingga membuat pesawat terbelah atau anda melakukan tindakan kriminal, itu (hilangnya kontak pesawat, red) terlalu cepat dan mereka (pilot, red) tidak melakukan panggilan darurat,” kata Scott Hamilton, seorang konsultan penerbangan di Leeham Co.

Meski demikian, para ahli sepakat bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan tentang penyebab hilangnya MH370. Sebab, petunjuk terbaik adalah dari data penerbangan, rekaman suara pembicaraan, serta puing pesawat.

BACA JUGA: Tiket Dua Penumpang Ilegal Malaysia Airlines Beli Bersama-sama

Kapten John M Cox, CEO di Safety Operating System yang menghabiskan 25 tahun umurnya di dunia penerbangan mengatakan, salah satu indikator pertama tentang hal yang terjadi pada MH370 adalah ukuran serpihan pesawat. Jika ukuran serpihannya besar dan tersebar hingga bermil-mil jaraknya, maka pesawat kemungkinan pecah di ketinggian. Hal itu bisa menunjukkan adanya pemboman atau kerusakan besar pada struktur pesawat.
 
Tapi jika serpihannya tersebar di area yang kecil, maka kemungkinan pesawat jatuh dari ketingian 35 ribu kaki dan pecah saat menyentuh air. Meski demikian Cox tak mau berspekulasi lebih banyak.

“Kami hanya tahu pesawat jatuh. Selain itu, kita tidak tahu semuanya,” ujarnya.

Meski demikian, para ahli menyodorkan beberapa kemungkinan tentang penyebab hilangnya pesawat. Apa saja itu?

1. Adanya bencana struktural akibat kegagalan mesin pada Rolls-Royce Trent 800 yang dipakai di Boeing 777-200 MAS. Kebanyakan pesawat terbuat dari almunium sehingga seiring perjalanan waktu pun rentan terhadap korosi, terutama di area-area dengan kelembaban tinggi. Namun melihat pada sejarah panjang pesawat termasuk catatan keselamatan yang baik, para ahli menepis kemungkinan ini terjadi pada MH370.

2. Cuaca buruk. Boeing 777-200 dirancang untuk tetap bisa terbang sekalipun dalam badai besar. Meski demikian, pada Juni 2009 pesawat milik Air France yang terbang dari Rio de Janeiro, Brazil ke Paris mengalami kecelakaan di Lautan Atlantik akibat cuaca buruk. Seluruh penumpang yang jumlahnya 228 orang plus kru pesawat meninggal. Pilot juga tak pernah menyampaikan permintaan bantuan.

Tapi dalam kasus MAS MH370, cuaca sedang dalam keadaan cerah. Karenanya para ahli menepis kemungkinan MH370 jatuh akibat cuaca buruk.

3. Disorientasi pilot. Dugaannya, pilot menjalankan sistem autopilot dan pergi meninggalkan cockpit. Saat menyadari ada persoalan pada pesawat, ternyata sudah terlambat.

Namun kemungkinan ini terjadi pada MH370 juga ditepis para ahli. Sebab, pesawat itu bisa terbang hingga 5-6 jam sejak terakhir kontak, yang artinya masih bisa menempuh jarak hingga 4800 kilometer. Namun, MH370 ternyata tidak masuk ke sistem radar pengendali lalu lintas udara lainnya saat hendak keluar dari kendali Kuala Lumpur.

4. Kegagalan dua mesin. Pada Januari 2008, pesawat Boeing 777 milik Bristish Airways jatuh sekitar 300 meter dari landasan Bandara Heathrow di London. Pesawat kehilangan daya dorong karena adanya pembentukan es dalam sistem bahan bakar. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan itu.

5. Bom. Sudah banyak catatan pesawat jatuh akibat membawa bom di dalamnya. Misalnya Pan Am 103 antara London-New York pada Desember 1988. Ada pula Air India yang meledak dalam jalur penerbangan antara Montreal-London pada Juni 1985. Bahkan pada Setmebner 1989, maskapai Prancis Union des Transports Ariens meledak di atas Gurun Sahara.

6. Pembajakan. Dalam insiden pembajakan tradisional, pembajak biasanya memaksa pilot mengarahkan pesawat ke bandara tertentu. Namun sejak 11 September 2001 atau saat pembajak mengarahkan pesawat ke menara kembar World Trade Center di New York, ada kemungkinan pembajak sengaja memaksa pesawat jatuh ke laut.

7. Pilot bunuh diri. Setidaknya ada dua kecelakaan besar pada penghujung 1990-an lantaran pilot sengaja menabrakkan pesawat.

8. Ditembak oleh militer. Dugaan ini bisa saja terjadi pada MH370 meski kemungkinannya kecil. Tapi pada Juli 1988, dunia penerbangan pernah punya catatan kelam ketika pesawat Iran Air dihantam rudal penjelajah dari USS Vincennes. 299 penumpang dan awak di Iran Air tewas. Insiden serupa terjadi pada Korean Air yang ditembak jauth oleh jet tempur Rusia pada 1983.(ap/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini yang Bakal Dilakukan FBI untuk Malaysia Airlines


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler