jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah tokoh senior Partai Demokrat ikut merespons isu kudeta Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY. Salah satunya adalah Muhammad Darmizal MS.
Darmizal menilai AHY terkesan melupakan perjuangan para pendiri partai berlambang Mercy itu.
BACA JUGA: Sikap Tegas Demokrat Terkait Polemik Bupati Terpilih Sabu Raijua
“Analisa saya, pengurus saat ini banyak yang instan, tidak paham dengan tetesan darah dan keringat para pendiri partai," kata Darmizal kepada wartawan Selasa (9/2/2021).
Selanjutnya, Darmizal menilai gaya kepemimpinan yang penuh intrik akan membuat partai Demokrat dihukum oleh sistem demokrasi di Indonesia.
BACA JUGA: Hmmm, Tiga Pihak ini yang Paling Diuntungkan dari Isu Kudeta Demokrat
Bayangkan saja, kata dia, banyak kader bahkan pendiri yang kecewa dengan Partai Demokrat. Termasuk masyarakat umum yang dulu mengidolakan partai Demokrat sebagai pilihan terbaiknya saat pesta demokrasi, utamanya pada pemilu tahun 2009.
“Jika caranya seperti ini maka tahun 2024 bisa menjadi pemilu terakhir yang diikuti Partai Demokrat," kritik Darmizal.
BACA JUGA: TNI AL Jadwalkan Ulang Rekrutmen Prajurit, Begini Alasannya
Darmizal pun membeberkan data, bahwa Pemilu tahun 2004, perolehan suara Partai Demokrat 7,3 persen, dengan Ketua Umum Prof. Subur Budhisantoso. Pada Pemilu tahun 2009 suara Demokrat 20,7 persen dengan ketua umum Hadi Utomo.
Sedangkan, saat Pemilu tahun 2014, suara Demokrat turun menjadi 11% dengan Ketua Umum SBY yang meneruskan kepemimpinan Anas Urbaningrum pasca KLB.
Terakhir pada Pemilu tahun 2019, perolehan suara Demokrat tersisa hanya sekitar 7% saja. Saat itu di masa periode kedua SBY menjadi Ketua umum dan AHY sebagai Ketua Kogasma Partai Demokrat.
Tahun ini, Parliamentary Threshold (PT) berpotensi naik menjadi sekitar 5 sampai 7 persen. Ini yang menakutkan para kader setia Partai Demokrat terutama para senior yang sudah sejak awal membesarkan partai di pusat dan di daerah.
“Gaya play victim dan pencitraan yang terlalu berlebihan justru membuat Partai Demokrat mulai ditinggalkan," ucap Darmizal.
"Ini bukan nilai yang dibangun oleh para pendiri. Play victim dan pencitraan berlebihan adalah gaya pengurus baru yang lupa akan sejarah partai," sindir Darmizal.
Darmizal menambahkan dinamika saat ini dengan makin masifnya berita Kongres Luar Biasa (KLB) di berbagai media di Tanah Air membuat makin membuncahnya semangat kader yang berpikir PD harus besar kembali, mengusulkan KLB.
"Bagi saya ini sangat fenomenal dan mengejutkan. Ini pertanda baik, karena KLB bukanlah suatu kudeta kekuasaan partai politik atau pengambil alih kekuasaan pimpinan partai secara ilegal," kata dia.
"Tetapi KLB merupakan suatu misi yang jelas dan tegas tertuang pada AD/ART partai, sebagai mekanisme demokrasi yang dapat dilakukan oleh para tokoh atau kader untuk menyelamatkan partai."
Menurut Darmizal, KLB bukan urusan untuk menyingkirkan trah Cikeas, tidak sempit seperti itu. Namun, KLB untuk menyelamatkan Partai Demokrat dan merebut kembali kejayaaan politik yang pernah dicapai demi mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik.
"KLB bukan sama sekali untuk menyingkirkan keluarga Cikeas dari Partai Demokrat. Kami hanya ingin melihat Partai Demokrat kembali meraih suara gemilang pada Pemilu 2024 nanti," pungkas Darmizal.(fri/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Friederich