jpnn.com - POLRES Lumajang terus mendalami kasus pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan Tosan, dua aktivis penolakan penambangan pasir di Desa Selok Awar Awar, Pasirian, Lumajang. Selasa (29/9), korps baju cokelat itu menggelar rekonstruksi pembunuhan Salim dan penyiksaan Tosan.
Rekonstruksi dilakukan di Stadion Semeru, Lumajang, dengan alasan keamanan. Ada 22 orang dalam barisan yang digelandang aparat Polres Lumajang yang dibantu satu kompi Brimob Polda Jatim. Dua di antara mereka ternyata masih di bawah umur.
BACA JUGA: Pemerintah Didesak Minta Maaf, Ini Komentar Amelia Yani dengan Nada Tinggi
Rekonstruksi itu dilakukan secara tertutup. Wartawan pun tidak bisa meliput dan mengambil gambar. Salah seorang pegawai Kemenpora yang berusaha mengambil gambar juga dimarahi polisi.
Dari hasil rekonstruksi itu, pembunuhan dan penganiayaan lebih bersifat spontan. ''Kami berusaha objektif saja dengan fakta di lapangan,'' papar seorang petugas yang ikut menangani kasus tersebut.
BACA JUGA: Anak Pentolan PKI Bicara Rekonsiliasi
Kemarin, wartawan Radar Semeru juga berkesempatan mengambil gambar para tersangka pembunuh Salim saat dikeluarkan dari ruang tahanan untuk menjalani pemeriksaan. Meski ditetapkan sebagai tersangka tampak wajah mereka masih bisa lepas.
Tak ada wajah penyesalan sedikitpun yang ditampakkan mereka. Para terduga pembunuh sadis itu masih bisa tertawa lepas dan saling bercanda satu dengan yang lain. (dim/gun/ras/dyn/res/lus/c5/c9/kim)
BACA JUGA: Adik Ratu Atut Dipindah ke Serang Karena Pilkada?
BACA ARTIKEL LAINNYA... PARAH: Asap Menggila, Wali Kota Ini Buka Kantor untuk Evakuasi
Redaktur : Tim Redaksi