Data FSGI soal Perundungan di Sekolah Bikin Miris, 2 Siswa Meninggal

Selasa, 03 Oktober 2023 – 07:51 WIB
Retno Listyarti. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) merilis data kasus perundungan di sekolah yang bikin miris. Tercatat, dua siswa meninggal dunia akibat dirundung dengan kekerasan.

Menurut FSGI, aksi perundungan di satuan pendidikan pada Januari - September 2023 mencapai 23 kasus.

BACA JUGA: 7 Orang Ditangkap terkait Perundungan Anak yang Viral di Makassar, Motif Pelaku, Alamak

Dari 23 kasus itu, 50 persen terjadi di jenjang SMP; 23 persen SD; 13,5 persen SMA, dan 13,5 persen SMK.

Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti menyebut di jenjang SMP paling banyak terjadi perundungan, baik yang dilakukan peserta didik ke teman sebaya maupun oleh pendidik.

BACA JUGA: Korupsi BTS Kominfo, Begini Pernyataan Terbaru Kejagung

"Dari 23 kasus perundungan tersebut, telah memakan dua korban jiwa," kata Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti, Selasa (3/10).

Satu siswa SDN di Kabupaten Sukabumi meninggal setelah mendapatkan kekerasan fisik dari teman sebaya dan 1 santri MTs di Blitar (Jawa Timur) tewas seusai mengalami kekerasan dari teman sebaya.

BACA JUGA: Idolakan Hitler, Remaja di Cakung Melakukan Aksi Nekat dan Tewas

Retno yang mantan komisioner KPAI itu menyebut semuanya terjadi di lingkungan sekolah.

"Ada juga santri yang dibakar oleh teman sebaya sehingga mengalami luka bakar serius," ucapnya.

Selain itu, juga tercatat ada 2 kasus perundungan di jenjang SD yang  diduga menjadi salah satu pemicu korban bunuh diri, meskipun faktor penyebab orang mengakhiri hidup tidak pernah tunggal.

Retno juga menjelaskan dari 23 kasus, tercatat ada pendisiplinan dengan kekerasan yang dilakukan guru terkait pelanggaran tata tertib sekolah berupa memotong rambut 14 siswi karena tidak memakai ciput hingga pitak di depan, di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan.

Kemudian, kasus guru memotong rambut siswa hanya disisakan rambut samping anak terjadi di SMPN 1 Sianjur Mula Mula di Samosir, Sumatera Utara.

"Hal tersebut berdampak pada anak korban yang merasa dipermalukan dan mengalami kekerasan psikis," tutur Retno.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler