jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyesalkan terjadinya kebocoran data-data pribadi diduga milik para guru dan tenaga kependidikan honorer negeri maupun swasta.
Para guru dan tenaga kependidikan yang bocor itu disinyalir merupakan calon penerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebesar Rp 1,8 juta per orang.
BACA JUGA: 5 Syarat Penerima Bantuan Subsidi Upah Guru, Dosen, Tenaga Kependidikan
Hal ini kata Satriwan, membuat para guru honorer panik. Sebab dalam konten berbentuk aplikasi excel tersebut, tercantum ratusan ribu nama orang yang diduga calon penerima BSU Kemdikbud.
"Sampai-sampai ada nomor induk kependudukan, nomor rekening yang bersangkutan, bahkan nama Ibu kandungnya. Kami sangat menyayangkan data pribadi ini bocor dan tersebar ke publik melalui WAG," ungkap Satriwan Salim (Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru/P2G) dalam pesan elektroniknya kepada JPNN, Kamis (19/11).
BACA JUGA: Guspardi Desak Tjahjo Angkat 200 Ribu Honorer K2 Tenaga Teknis Administrasi jadi ASN
Satriwan melanjutkan, semestinya pihak Kemendikbud dan pihak bank bisa menjaga kerahasiaan data pribadi para guru dan tenaga kependidikan yang akan menjadi calon BSU.
Sebagaimana diketahui, proses pendataan calon penerima BSU ini lebih praktis dan efesien sebenarnya, yakni guru tinggal mengecek di web Dirjen GTK Kemendikbud.
BACA JUGA: Kabar Gembira untuk Honorer K2 Tenaga Teknis dan Administrasi, Ada 5 Poin
Lalu mendaftarkan diri secara mandiri. Tidak melibatkan pihak ketiga atau administrasi di sekolah, seperti surat keterangan kepala sekolah, yayasan dan lainnya.
Semua serba langsung antara guru honorer dengan Kemendikbud.
Sedangkan Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Z. Haeri mengungkapkan, sebagai guru honorer di sebuah SMA swasta, juga merasa khawatir namanya dan rekan-rekannya bocor.
Pihak-pihak yang berniat jahat pasti bisa saja menggunakan data pribadi tersebut untuk tindak pidana.
"Potensi penyalahgunaan data kami para guru honorer ini bisa saja dilakukan, oleh pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan," kata Iman yang mengajar Pendidikan Sejarah di SMA swasta Jakarta Selatan.
Para guru honorer yang belum mendaftarkan BSU pun, akhirnya merasa takut dan cemas jika mau mendaftarkan diri online. Takut hal sama akan terjadi pada diri mereka.
“Mas Menteri pasti sangat paham soal keamanan digital. Kalau kecolongan lagi, ini mirip kejadian percakapan dalam penyederhanaan draf kurikulum beberapa waktu lalu. Kali ini yang bocor data guru. Dapat bantuan subsidi saja belum, datanya sudah bocor. Miris sekali nasib guru honorer," tandas Iman.
P2G meminta agar Kemendikbud dan pihak bank segera memproteksi secara kuat data-data pribadi para guru dan tenaga kependidikan tersebut.
Mengingat jumlah calon penerimanya adalah 2.034.732 orang. Dan total anggarannya cukup fantastis sebesar Rp 3,66 triliun.
P2G juga meminta pihak kepolisian segera menyelidiki dugaan pembocoran data-data pribadi guru dan tenaga kependidikan yang saat ini tersebar di grup WA, dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Ini agar keamanan data pengguna khususnya para guru, tenaga kependidikan, dan dosen ini benar-benar terlindungi oleh negara," pungkas Satriwan. (esy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad