Dataran Tinggi Dieng, dari Kompleks Candi hingga Rambut Gimbal

Tahun Lalu Dapat Kunjungan 600 Ribu Wisatawan

Sabtu, 22 Februari 2014 – 17:51 WIB

jpnn.com - Eksotisme dan keelokan kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan potensi wisata yang sangat besar. Itu menjadi berkah tersendiri bagi Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

= = = = = = = = = = = =
SEBAGIAN
besar wilayah Dataran Tinggi Dieng terletak di Kabupaten Banjarnegara. Sebagian lagi berada di Kabupaten Wonosobo. Namun, bukan berarti Dieng tidak menghadapi kendala dalam pengem­bangan sektor pariwisata.

BACA JUGA: Tinggalkan NASA demi Menjadi Pelukis Klasik di Italia

Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo mengatakan, kendala utama yang dihadapi adalah kondisi infrastruktur. “Tahun ini kami ngebut pengerjaannya agar wisata Dieng bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.

Menurut dia, telah ada komitmen bersama antara Pemkab Banjarnegara dan Pemprov Jawa Tengah. Upaya perbaikan infrastruktur itu juga sekaligus dilakukan untuk menyukseskan tahun wisata atau Visit Jateng 2014.

BACA JUGA: Juggling Teh Tarik Batam Pecahkan Rekor Muri

Sutedjo menambahkan, selain keelokan alam, warisan candi dan budaya masyarakatnya sangat mendukung perkembangan industri pariwisata Dieng. Beragam upaya telah dilakukan untuk mendongkrak industri pariwisata.

Misalnya yang dilakukan pada 2013 dengan pemugaran Candi Bima. Candi tersebut dipugar bekerja sama dengan balai pelestarian peninggalan purbakala. Itu dilakukan karena candi tersebut miring.

BACA JUGA: Mendesak, Reklamasi-Giant Sea Wall di Pantura

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Aziz Achmad mengungkapkan, keunikan budaya lokal juga sangat menunjang wisata Dieng. Dia menyebut salah satu yang unik dan hanya ada di Dieng adalah upacara pemotongan rambut gimbal.

Dia menjelaskan, selama empat tahun terakhir, puncak upacara pemotongan rambut gimbal yang dikemas dalam Dieng Culture Festival (DCF) dilaksanakan akhir Juni. “Khusus untuk tahun ini, DCF diselenggarakan pada Agustus atau setelah puasa,” jelasnya.

Keberadaan industri pariwisata yang tengah menggeliat, papar dia, juga memberikan kontribusi nyata, baik bagi warga maupun pendapatan asli daerah (PAD). Warga ikut menikmati berkah pariwisata seperti lakunya homestay, penjualan aneka suvenir, dan wisatawan yang berbelanja.

“Tahun lalu, ada 600 ribuan wisatawan yang berkunjung dan membayar tiket Rp 5 ribu untuk setiap obyek wisata yang dikunjungi,” jelasnya. (drn/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nikmati Pesona dari Maumere ke Labuan Bajo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler