DBD Rengut 62 Nyawa

Rabu, 28 Oktober 2009 – 11:43 WIB
PONTIANAK- Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pontianak semakin menebar mautSelama tahun 2009, setidaknya terdapat 2.122 penderita akibat penyakit tersebut

BACA JUGA: Kursi Cawabup Demokrat Rp1 M

Yang lebih memperihatinkan, 62 penderita tewas.

Data lain yang diperoleh DPRD Kota Pontianak menyebutkan, jumlah penderita DBD pada 2009 di RSUD Soedarso yakni dari Januari hingga Oktober ini mencapai 1.331 kasus, dan 30 orang di antaranya meninggal dunia


Sedangkan di RSU St

BACA JUGA: Wapres Boediono Pimpin Peringatan Sumpah Pemuda

Antonius, data dari Januari hingga Oktober mencapai 4.381 kasus, dan sebanyak 49 orang meninggal dunia
"Oktober ini paling tinggi

BACA JUGA: PLN Putus Ribuan Pelanggan di Lhokseumawe

Dari 1 sampai 26 Oktober terjadi sebanyak 1.034 kasus, dan 12 orang meninggal duniaHari ini (kemarin, red) satu meninggal dunia," ujar Kassubag Humas RSU StAntonius, S Viedno Ahie.

Menurut Viedno, pihak rumah sakit tidak bisa menolak pasienUntuk mengatasi membludaknya pasien, rumah sakit bekerjasama dengan TNI ADPihak Korem 121/ABW meminjamkan feltbelt sebanyak 100 unit, dan hampir setengahnya sudah digunakan"Rumah sakit agak kerepotanTetapi kami tidak bisa menolak pasien," kata Viedno.

Anggota DPRD Kota Pontianak, Erick S Matio meminta pemerintah Kota Pontianak menangani DBD secara maksimalKarena menyangkut nyawa manusiaSudah banyak korban meninggal dunia

Walikota Pontianak, Sutarmidji juga diminta tegas dalam menentukan status kejadian luar biasa di wilayahnya"Harus ada pernyataan resmi tentang KLBJangan TersiratHarus ada ada surat resminya," kata Erick.

Wakil Walikota Pontianak, Paryadi yang mengunjungi pasien DBD di RSU St Antonius kemari mengatakan, pemkot terus melakukan upaya maksimal untuk menangani penyakit tersebutSetiap hari terus dilakukan fogging"Upayanya dilakukan bertahap penanganannya," kata Paryadi.

Ia mengakui anggaran penanganan penyakit edemik tahun ini tidak maksimalSaat ini pemkot sudah mengeluarkan Rp200 juta untuk fogging, Rp400 juta untuk membantu pasien, Rp300 juta untuk penanganan DBD hingga Desember mendatang, dan Rp50 juta untuk abatesasi

Bantuan lainnya berupa logistik juga diperoleh dari pemerintah pusat dan propinsiTahun depan, anggarannya diperbanyak lagi"Perlu kerjasama dan masukan dari Fakultas Kedokteran untuk mencari obat untuk membunuh virus DBD dalam tubuhSaat ini vaksinnya kan belum ada," ujar Paryadi.(uni/fuz/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perbatasan dengan Timor Leste Masih Bermasalah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler