DBS Asian Insights Conference 2022: Strategi Pacu Pemulihan Ekonomi Menuju Era Endemi

Selasa, 22 Maret 2022 – 19:51 WIB
DBS Asian Insights Conference 2022 memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi Indonesia dan dunia, termasuk pengaruh dari pandemi Covid-19. Foto: DBS Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Bank DBS Indonesia kembali menyeleggarakan Asian Insights Conference 2022 yang digelar pada Februari hingga Maret.

Acara bertajuk Economy and Environment: Towards a Revolutionary Future itu dihadiri oleh pembicara mulai dari Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Wakil Ketua Umum KADIN Shinta Kamdani, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, dan Chief Economist DBS Taimur Baig.

BACA JUGA: DBS Asian Insights Conference 2022: Vaksinasi Berdampak Positif pada Perekeonomian

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan melandainya kasus Covid-19 dan relaksasi kebijakan pembatasan sosial menjadi alasan utama melesatnya dunia usaha di Indonesia.

Hal itu disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas konsumsi dan retail sejalan dengan mobilitas masyarakat yang semakin tinggi.

BACA JUGA: Ekonom Bank DBS Ungkap 3 Hal Penting Pemacu Pertumbuhan Ekonomi 2022

Ini ditandai pula oleh meningkatnya indeks keyakinan konsumen Indonesia berada di atas angka optimistis.

Dia mengatakan selama enam bulan berturut-turut, pencapaian Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia tercatat di atas 50 atau berada di level ekspansif.

BACA JUGA: Manulife dan Bank DBS Luncurkan Asuransi dengan Beragam Pilihan Investasi

“Dengan meningkatnya angka pertumbuhan perPekonomian Indonesia pada 2021, target pertumbuhan ekonomi tahun ini ikut meningkat menjadi 5,2% year on year (yoy) dan angka inflasi nasional diharapkan masih tetap terkendali pada tahun ini," ungkap dia dalam siaran persnya, Selasa (22/3).

Meskipun demikian, dia meminta agar pemerintah harus tetap mengawasi kenaikan harga di tingkat internasional untuk menjaga kestabilan angka pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pemerintah juga harus mulai melakukan konsolidasi berkelanjutan melalui perbaikan penerimaan pajak dan perbaikan strategi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) agar lebih efisien dan tepat sasaran.

Wakil Ketua Umum KADIN Shinta Kamdani mengatakan Covid-19 masih menjadi prioritas utama yang perlu penanganan khusus.

Shinta optimistis akselerasi perekonomian di Indonesia bisa berjalan dengan baik dan dicapai melalui keberhasilan transisi pandemi ke endemi.

Dia mengatakan masyarakat Indonesia diharapkan mulai bersiap untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

Adanya pembatasan pergerakan menyebabkan penurunan perekonomian di Indonesia pada awal pandemi Covid-19, tetapi saat ini index manufaktur sudah mulai pulih.

Sejak 2020, industri manufaktur sudah meningkat dan mulai ekspansif.

Setiap industri akan mengalami pemulihan dengan kecepatan yang berbeda-beda, tetapi akan ada perubahan sedikit demi sedikit dan berangsur pulih.

“Meskipun pasar di Indonesia sudah mulai berangsur pulih, tetapi banyak UMKM yang gulung tikar akibat dari pandemi," katanya.

Saat ini, pemerintah RI bersama KADIN berfokus pada pengembangan UMKM agar bisa berekspansi menjadi lebih kompetitif di pasar global.

Kunci dari keberhasilan itu dapat dicapai melalui UU Cipta Kerja.

"Karena kebijakan ini dapat menarik investor ke Indonesia yang nantinya akan membuka peluang lebih besar bagi pelaku ekonomi untuk mengakselerasi bisnisnya, dan membantu menggairahkan perekonomian nasional,” ujar Shinta Kamdani.

Chief Economist DBS Taimur Baig menjelaskan saat ini UMKM di seluruh dunia sedang menghadapi masa sulit, dan 2022 akan tetap menyisakan tantangan bagi para UMKM.

Untuk menyiasatinya, pemerintah bisa melakukan beberapa langkah, seperti menyediakan regulasi, kebijakan perpajakan yang stabil, dan meningkatkan fungsi pemerintahan.

Menurut dia pemerintah bisa melakukan beberapa perubahan kebijakan yang nantinya memudahkan pembayaran pajak, pemberian izin usaha, dan pemberian surat rekomendasi usaha bagi masyarakat yang ingin memulai usahanya.

"Pemerintah harus bekerja lebih baik dalam mempermudah sistem administrasi bagi para UMKM, sehingga UMKM dapat berkembang dengan cepat," harapnya.

Taimur Baig menambahkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.

Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia seyogyanya mulai merancang strategi perekonomian untuk pasar regional dan global.

Dengan memanfaatkan kemudahan akses dan membuka peluang kerja sama secara regional bisa memicu para pelaku usaha menjadi lebih kompetitif.

Hal tersebut juga akan membuat pelaku usaha tumbuh dengan cepat sehingga menghadirkan solusi yang lebih matang dalam menjawab permintaan pasar regional.

Selain itu, biaya pinjaman usaha juga akan melonjak, baik bagi usaha besar maupun kecil.

Hal itu akan menyebabkan kemungkinan terjadinya gejolak di pasar finansial global.

Kendati demikian, kestabilan politik merupakan salah satu aset penting yang dimiliki oleh Indonesia sehingga dapat dijadikan tameng untuk menghadapi perubahan suku bunga The Fed serta goncangan dari global terhadap perekonomian Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan setiap peristiwa memiliki nature (sifat dasar) yang berbeda-beda.

Apabila Krisis Moneter 1997 memberikan dampak besar bagi masyarakat golongan menengah ke atas.

Pandemi Covid-19 kali ini membuat seluruh lapisan masyarakat, terlebih menengah ke bawah merasakan dampak yang signifikan.

Adanya pembatasan pergerakan sosial menyebabkan masyarakat sulit untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan pandemi Covid-19 sangat berpengaruh pada sentimen masyarakat terhadap kepercayaan kepada pemerintah.

"Saya berharap dengan menjadi tuan rumah G20 Summit 2022, Indonesia dapat memengaruhi sentimen masyarakat terhadap pemerintah, serta memberikan dampak positif bagi perkembangan perekonomian di Indonesia,” kata Burhanuddin Muhtadi. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DBS Luncurkan Kartu Kredit Digital, Ini Keunggulannya


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler