Dea Tunggaesti Salurkan Ponsel untuk Siswa dan Mahasiswa

Sabtu, 12 September 2020 – 20:12 WIB
Pakar hukum dan pengacara, Dea Tunggaesti. Foto: Dokpri

jpnn.com, JAKARTA - Pakar hukum dan pengacara, Dea Tunggaesti menyalurkan puluhan telepon genggam hasil penggalangan dana yang diinisiasinya di kitabisa.com untuk pelajar dan mahasiswa di beberapa daerah.

Aksi penggalangan dana ini berhasil menghimpun Rp 50.009.856. Dana ini lalu digunakan untuk membeli 70 unit telepon genggam.

BACA JUGA: Masih Banyak Nomor Ponsel Siswa, Mahasiswa, dan Guru Belum Tercatat di Kemendikbud

“Jangankan laptop, bahkan banyak siswa belum punya handphone yang paling murah sekali pun.  Mereka berasal dari keluarga kurang mampu, yang bahkan untuk kebutuhan pangan pun mengalami kesulitan,” ujarnya, Sabtu 12 September 2020.

Dea mengatakan gerakan #GadgetBuatBelajar ini ditujukan untuk membantu mereka yang kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) lantaran tidak memiliki gawai penunjang.

BACA JUGA: Main ke Diler DFSK Bisa Lewat Ponsel

Dari total 70 ponsel itu, Dea Tunggaesti dan timnya telah menyalurkan 24 unit. Ada yang diberikan langsung, ada pula yang dikirim ke luar daerah.

Sebelumnya, dibantu jaringan pertemanan di daerah, Dea mendata dan menyeleksi calon penerima agar benar-benar tepat sasaran.

BACA JUGA: Abraham Liyanto: Sudah Waktunya NTT Diatur UU Tersendiri

“Di beberapa titik seperti di Jakarta dan Karawang, saya dan tim turun langsung untuk mendistribusikan. Namun untuk daerah lain, kami kirim ke tempat masing-masing. Total sudah 24 handphone yang kami distribusikan, sisanya masih dalam proses pendataan,” tambah ibu dua anak ini.

Dea Tunggaesti berharap ponsel-ponsel tersebut digunakan secara bertanggung jawab dan untuk memfasilitasi pembelajaran di masa pandemi.

“Kami meminta peran aktif orang tua dan kesadaran untuk membantu mengawasi penggunaan HP agar digunakan semestinya untuk belajar,” pungkas doktor Ilmu Hukum dari Universitas Padjajaran ini.

Di Indonesia, sekitar 52 juta pelajar dan mahasiswa kesulitan mengikuti pembelajaran online. Masalah utama adalah tidak semua keluarga memiliki ponsel atau komputer, di samping persoalan koneksi internet.(fri/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler