Debit Air Waduk Menyusut, Warga Panen Ikan

Rabu, 05 September 2018 – 08:09 WIB
Debit air Waduk Dawuhan di Kecamatan Wonoasri, Madiun, susut hingga separuh. Foto: R.Bagus Rahadi/Radar Madiun/JPNN.com

jpnn.com, MADIUN - Musim kemarau menyebabkan debit air Waduk Dawuhan, Desa Plumpungrejo, Wonoasri, Madiun, Jatim, terus menyusut. Kondisi ini berdampak pada berkurangnya ketersediaan air untuk irigasi lahan pertanian.

Namun, di sisi lain sejumlah warga memperoleh keuntungan. Mereka memanfaatkan lahan dangkal waduk untuk menanam palawija dan mencari ikan.

BACA JUGA: Kementan Dorong Petani Tetap Produktif meski Kemarau

Saimin, warga setempat, menyebut debit air Waduk Dawuhan menyusut sejak Maret lalu bersamaan datangnya musim kemarau.

Menyusutnya waduk seluas 2,8 hektare untuk irigasi itu membuat lahan di sisi timur jadi terlihat. Permukaan lahan yang semula tertutup air itu berubah menghijau lantaran ditanami palawija.

BACA JUGA: Musim Kemarau, Petani Karawang Berhasil Panen

Terlihat pula sejumlah warga di atas perahu cadik sedang menjaring ikan di tengah waduk. Beberapa ada yang menepi dengan membawa karung besar berisi ikan.

‘’Kalau kondisi normal kedalamannya sekitar sembilan meter, tapi sekarang tinggal empat meteran,’’ kata Saimin, seperti diberitakan Radar Madiun (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Musim Kemarau Diperkirakan hingga Akhir Oktober

Saimin menjelaskan, ikan-ikan itu sejatinya sudah ada di waduk. Namun, sejumlah warga sengaja menyebar ratusan benih sebagai persiapan dipanen bulan-bulan berikutnya. Mereka telah memprediksi kemarau berlangsung panjang dan debit air kian menyusut.

Dia menuturkan, warga bisa membawa pulang sekitar 20 kilogram ikan dalam sehari. Beberapa di antaranya dijual langsung ke pengunjung. Sebagian lagi dipasok ke pasar Desa Sidomulyo. ‘’Kalau ikan nila sekilonya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu,’’ sebutnya.

Kusni, warga lainnya, mengungkapkan bahwa pemanfaatan lahan dari pendangkalan waduk untuk pertanian sudah berlangsung lama. Warga menanaminya dengan jenis kacang-kacangan hingga kangkung.

Petani tinggal menyedot air waduk menggunakan mesin pompa untuk kebutuhan irigasinya. ‘’Tidak ada kesepakatan, bagi yang mau memanfaatkan, langsung ditanam saja,’’ ujarnya.

Dia menyebut, pemanfaatan lahan waduk membuat warga harus berjudi dengan cuaca. Tidak jarang mereka mengalami gagal panen karena musim penghujan datang tiba-tiba dan membuat air waduk kembali penuh.

Kasus lainnya, waduk benar-benar mengering karena debit air terus menyusut. ‘’Harus pandai menebak cuaca,’’ katanya. (cor/c1/isd)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tambah Dana Bantuan Kekeringan jadi Rp 25 Miliar


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler