jpnn.com, BALIKPAPAN - Wilayah Kalimantan termasuk Kaltim mulai merasakan kekeringan akibat kemarau panjang. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan Ibnu Sulistyono menuturkan, penyebab kondisi cuaca panas selama Agustus tak lain karena beberapa daerah telah memasuki musim kemarau.
“Ada daerah tekanan rendah di utara khatulistiwa terutama sekarang di timur laut Filipina yang menyebabkan tarikan massa udara ke daerah tersebut,” katanya.
BACA JUGA: Tambah Dana Bantuan Kekeringan jadi Rp 25 Miliar
Ibnu menjelaskan, sejauh ini arah angin di Kaltim masih di dominasi dari arah barat daya. Kondisi ini, terjadi sepanjang Agustus hingga November.
Sebelumnya BMKG memprediksi pengaruh musim kemarau berlangsung Agustus hingga September hanya mencakup sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
BACA JUGA: Kementan Optimistis Jaga Produksi Padi di Musim Kemarau
Namun kini pengaruh musim kemarau semakin meluas di sejumlah wilayah Indonesia. Dari wilayah Sumatera bagian Selatan, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan, hingga pertengahan Agustus, hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Cakupan persentasenya mencapai 95,03 persen. Sedangkan sisanya 4,97 persen masih mengalami musim hujan.
BACA JUGA: Batu Bara Masih Urutan Pertama
BMKG memprediksi musim kemarau akan berlangsung hingga akhir Oktober. “Dalam satu sampai dua hari ke depan, diprakirakan wilayah Balikpapan masih cerah berawan. Namun untuk daerah Samarinda dan Tenggarong ada potensi hujan ringan atau lokal pada waktu siang hari,” ucapnya.
Ibnu mengungkapkan, BMKG melakukan pantauan terhadap deret hari tanpa hujan (HTH) sebagai indikator kekeringan meteorologis awal.
Adapun hasilnya menunjukkan, HTH kategori sangat panjang (31-60 hari) hingga ekstrem (lebih dari 60 hari) terjadi sebagian besar di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara di Kalimantan, pengaruh meluasnya musim kemarau itu terlihat dari munculnya beberapa daerah yang telah mengalami HTH kategori menengah (11-20 hari) hingga panjang (21-30 hari).
Ibnu mengatakan seperti yang saat ini terjadi di Kaltim, ada beberapa daerah yang hari tanpa hujannya telah masuk kategori moderate atau menengah.
”Untuk prakiraan curah hujan selama Agustus masih kategori menengah sekitar 100 sampai 150 milimeter. Sementara untuk September dalam kategori rendah berkisar 50 sampai dengan 100 milimeter,” jelasnya.
Namun ada pula beberapa daerah di Kaltim masuk kategori normal dan memasuki musim hujan pada akhir Oktober hingga awal November. Meskipun belum memasuki musim hujan, beberapa daerah di Kaltim masih ada potensi hujan. (gel/riz/k18)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketahuilah, Agustus Puncak Kemarau
Redaktur & Reporter : Soetomo