Debut Kemenpar di Christchurch Sukses Besar

Senin, 18 Februari 2019 – 01:05 WIB
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengikuti pameran Travel Expo yang dilaksanakan di Christchurch, Selandia Baru. Foto: Kemenpar

jpnn.com, SELANDIA BARU - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus membuktikan kualitasnya setiap menggelar pameran di luar negeri.

Hal itu juga dilakukan di perhelatan pameran Travel Expo yang dilaksanakan di Christchurch, Selandia Baru, 17 Februari 2019.

BACA JUGA: Menpar Beber Capaian Pariwisata Indonesia di HPN 2019

Kemenpar baru pertama kali menggelar pameran di kota tersebut. Pameran ternama yang digelar oleh Flight Centre itu sukses disambangi banyak wisatawan yang penasaran akan Indonesia.

Sellers, barista, penari dan Generasi Wonderful Indonesia (GenWi) yang hadir ke acara dibuat repot dengan pertanyaan para wisman yang datang ke booth.

BACA JUGA: Menpar: Media Berperan Penting Mengenalkan Pariwisata Lokal

"Sudah sesuai prediksi saya kalau Indonesia tampil lagi seperti tahun lalu dengan membawa penari dan pakaian adat yang menarik, pasti akan jadi pusat perhatian. Sebelum pelaksanaan saja banyak yang menanyakan apakah Indonesia akan ikut lagi apa tidak karena semua tahu bahwa Indonesia selalu tampil menarik," ujar Assistant Team Leader and Travel Expert Flight Center Amber Cross.

Amber mengaku senang dengan keikutsertaan Indonesia. Sebab, dengan kostum yang mentereng serta unik, membuat pameran tersebut semakin berwarna.

BACA JUGA: SMSI dan Kemenpar Luncurkan Buku Jurnalisme Ramah Pariwisata

"Tari-tariannya juga sangat indah dan memukau," tambah Amber.

Kemenpar memang tampil dengan membawa dua kostum karnaval. Kostum Karnaval itu berasal dari pakaian adat dua daerah yakni DKI Jakarta dan Kalimantan.

Kostum itu dibuat oleh AW Production Jakarta. Strategi Kemenpar dengan menjual daya tarik itu berhasil mendatangkan tamu ke dalam booth.

Booth-nya juga tampil elegan. Dengan desain Kapal Phinis,  Kemenpar menghadirkan booth yang berwibawa. Bahkan booth Indonesia lebih besar dari Malaysia, Thailand, dan Tiongkok.

"Ramai sekali, sampai sulit untuk istirahat. Namu, saya senang karena banyak yang tertarik dengan Lombok dan banyak yang penasaran datang ke Lombok, brosur saya laris," kata salah satu Sellers yang hadir dari Mahamaya Lombok David Anthony Roberts.

Kemenpar juga melakukan rentetan acara dengan cerdas. Kemenpar menggelar sales mission satu hari sebelumnya.

Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional IV Kemenpar Edy Wardoyo bersama timnya sadar betul bahwa budaya Indonesia memang disukai dunia.

Karena itu, pihaknya mengusung keunggulan budaya dan sport tourism di event tersebut.

Urusan budaya memang tak ingin dilewatkan begitu saja oleh Edy. Maklum, 60 persen wisman yang datang ke Indonesia karena budaya.

Sebanyak 35 persen karena alam atau nature dan lima persen man made, seperti meeting, incentive, conference-exhibition (MICE), lalu sport tourism, showbiz, dan buatan manusia yang lain.

Potensinya? Sangat besar. Pasar Selandia Baru kemajuannya keren banget. Dari tahun ke tahun terus mengalami pergerakan yang positif.

Tahun 2017, kunjungan wisman asal Selandia Baru mencapai 106,941 orang. Angka tersebut naik dua persen jika dibandingkan tahun 2016.

Selandia Baru menyumbang 105,393 wisatawan. Tahun 2018, tren positif pun sudah terlihat.

Periode Januari hingga Desember, kunjungan wisman Selandia Baru mencapai 128.324 orang.

Jumlah ini naik 20,03 persen jika dibanding periode yang sama pada 2017 yaitu 106.914 wisman.

Untuk Indonesia secara keseluruhan juga sangat ciamik. Setidaknya ada 1.340 suku bangsa yang bisa dieksplorasi di lebih dari 17.000 pulau, 34 provinsi, 416 kabupaten, dan 98 kota di Indonesia.

Ribuan suku tadi juga menyimpan 583 bahasa dan dialek yang berbeda-beda. Ditambah lagi dengan delapan world heritage sites by UNESCO ada di sini. Empat di antaranya cultural. Sementara itu, empat lainnya dari unsu natural.

“Kalau dari sisi atraksi, budaya kita sudah sangat kuat. Dengan konten sport tourism yang kami bawa ke pameran ini, maka akan melengkapi keunggulan kita, datang ke Indonesia sambil ikut olahraga juga menikmati budayanya," ujar Edy yang juga diamini Kepala Bidang Pemasaran Area IV (New Zealand, Oceania) Titik Lestari.

Titik menambahkan, pembuatan kostum karnaval tidak sembarangan. Sebab, dalam balutan kostum tersebut harus menggambarkan filosofi  yang erat kaitannya dengan asal daerah tersebut.

Kostum juga harus dibuat dengan bentuknya yang unik dan menarik perhatian. Termasuk detil berbeda yang dicocokkan dengan cerita dari tokoh legenda ataupun asal daerah.

“Sentuhan detail yang khas itu akan menimbulkan kesenangan karena memiliki hal yang khas dan bila dipamerkan itu bisa dengan cepat menarik perhatian, Alhamdulillah ini terjadi di pameran ini," ungkap Titik.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam berbagai kesempatan selalu menegaskan bahwa pameran Kemenpar harus berwibawa. Harus elegan. Harus tidak memalukan.

"Buat para tamu yang hadir selalu selfie, selalu ingin foto, selalu senang jika menghampiri booth tanah air kita," kata Arief. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Generasi Milenial Diminta Manfaatkan Media Digital untuk Promosikan Wisata Lokal


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler