Defisit Dagang dengan Tiongkok Kian Menipis

Selasa, 02 Agustus 2011 – 18:17 WIB
JAKARTA - Defisit perdagangan dengan Tiongkok diperkirakan bakal makin menipis seiring dengan tren peningkatan ekspor ke negeri dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sejagat ituKepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, defisit perdagangan dengan Tiongkok dalam dua bulan terakhir lebih rendah dari rata-rata bulanan tahun ini.

Rusman mengatakan, defisit perdagangan pada paruh pertama tahun ini mencapai USD 3,1 miliar atau sekitar USD 500 juta per bulan

BACA JUGA: Lebaran, Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp 13 T

Pada Juni, defisit perdagangan dengan Tiongkok sudah menipis menjadi USD 365,2 juta
Pada Mei, defisit dengan Tiongkok juga sudah menipis menjadi USD 467,8 juta

BACA JUGA: IHSG Siap Langkahi 4200

"Kalau polanya seperti ini, pada akhir tahun posisi perdagangan dengan China (Tiongkok) bisa defisit, bahkan surplus
Harapan kita neraca perdagangan kita lebih seimbang

BACA JUGA: Bank Jabar-Banten Bidik Kredit Rp 30 Triliun

Itu tidak mustahil," kata Rusman di kantornya kemarin.

Ekspor ke Tiongkok pada Juni mencapai USD 1,938 miliarSedangkan impor mencapai USD 2.304,1 miliarRusman mengatakan, akselerasi pertumbuhan produk impor yang cukup tinggi justru dari ThailandDalam dua bulan terakhir, Thailand telah menjadi tiga besar pemasok komoditas impor, menggeser Singapura"Defisit terbesar kita justru dengan Thailand yang mencapai USD 471 miliar," katanya.

Secara umum, neraca perdagangan sepanjang semester selama tahun ini mencapai USD 15,05 miliar, atau jauh lebih tinggi dibanding 2010 sebesar USD 10 miliarSurplus perdagangan non migas mencapai Usd 14,7 miliar.

Nilai ekspor kembali mencatatkan rekor baru pada Juni 2011, yakni sebesar USD 18,41 miliar atau meningkat 49,35 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu, dan tumbuh 0,71 persen dibanding Mei 2011Secara kumulatif, sepanjang Januari-Juni telah mencapai USD 98,64 miliar atau tumbuh 36,02 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Rusman mengatakan, tren ekspor pada semester kedua, biasanya lebih tinggi dibanding paruh tahun pertamaDengan tren itu, nilai ekspor bisa menembus USD 200 miliar"Kita menjadi pemain yang perlu dicatat dunia sebagai negara yang ekspornya sudah membesarItu kalau sampai akhir Desember tidak ada turbulence pada perekonomian," katanya.

Ekspor nonmigas ke Tiongkok pada 2011 mencapai angka terbesar dengan USD 1,94 miliarJepang berada di peringkat kedua dengan USD 1,63 miliar, dan Amerika Serikat di peringkat ketiga dnegan USD 1,34 miliar.

Nilai impor Indonesia pada Juni 2011 mencapai USD 13,08 miliar atau tumbuh 1,73 persen dibanding Mei, dan tumbuh 28,26 persenSedangkan impor sepanjang semester pertama tahun ini mencapai USD 83,59 miliar atau tumbuh 32,82 persen.

Tiongkok menjadi negara pemasok komoditas impor terbesar dengan USD 12,05 miliar dengan pangsa 18,73 persenJepang berada di peringkat kedua dengan USD 8,66 persen (13,45 persen) dan Thailand di peringkat ketiga dengan USD 5,19 mliar dengan pangsa 8,93 persen(sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IIMS Jual 10 Ribu Unit, Transaksi Rp 3 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler