jpnn.com, MAGELANG - Gunung Merapi terus menggembung, berubah bentuk (deformasi) dan cenderung mengarah ke wilayah barat atau Kabupaten Magelang.
Pengukuran deformasi terus dilakukan dari sejumlah tempat di sekeliling Gunung Merapi.
BACA JUGA: Siaga! Terdengar 3 Suara dari Gunung Merapi Pagi Ini
Antara lain dengan electronic distance measurement (EDM).
Dari hasil pengukuran ini, diketahui sementara deformasi saat ini dominan ke arah barat.
BACA JUGA: Nasib Sapi di Lereng Gunung Merapi
Bahkan untuk saat ini, pengukuran dari Pos Babadan (Kabupaten Magelang) dilakukan setiap satu jam sekali.
“Kalau deformasi dari data EDM itu dominannya dari Pos Babadan. Ini diukur setiap sejam sekali. Sampai saat ini hasil data grafiknya masih menunjukkan tren memendek,” kata Ahmad Sopari di Pos Pantau Gunung Merapi Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Selasa (10/11).
BACA JUGA: Begini Tradisi Warga saat Gunung Merapi Bergejolak, Khusus Laki-Laki
Aktivitas guguran saat ini juga lebih banyak ke arah barat.
Guguran lebih banyak terpantau dari Pos Babadan di Kabupaten Magelang.
“Untuk visual guguran, kalau berdasarkan data yang ada, dominan kalau yang ke arah Pos Jrakah itu, saya baru menyaksikan dua kali terjadi. Jadi dominannya kelihatannya banyak ke arah barat, terpantau dari Pos Babadan,” ujarnya.
Guguran terjadi karena adanya aktivitas dari dalam yang dimungkinkan proses magma. Hal ini sehubungan dengan jumlah gempa yang meningkat.
Kondisi ini dipicu adanya aktivitas dari dalam magma, sehingga terjadi dorongan atau getaran dari dalam.
“Hal ini mengakibatkan material atau lava lama di dinding luar yang kondisinya lapuk gugur atau longsor,” ujarnya.
Hasil pemantauan aktivitas kegempaan selama enam jam, dari pukul 06.00 sampai 12.00 kemarin, terjadi enam kali guguran.
Kemudian jumlah embusan empat kali, hybrid atau fase banyak terjadi 81 kali, dan gempa vulkanik dangkal sepuluh kali.
Saat ini Gunung Merapi berstatus siaga yang ditetapkan sejak 5 November lalu. (wid/bun/ria/radarsolo)
Redaktur & Reporter : Adek