jpnn.com - JAKARTA - Sebanyak 50 perusahaan nasional berkolaborasi dengan Kadin Net Zero Hub dan menyatakan komitmen atas dekarbonisasi industri dalam upaya mencegah imbas krisis iklim menjadi krisis ekonomi nasional.
Ketua Kadin Net Zero Hub Muhammad Yusrizki menyampaikan kolaborasi 50 perusahaan dengan Kadin yang disertai penandatanganan komitmen dekarbonisasi industri tersebut berlangsung 19 Oktober lalu di Jakarta.
BACA JUGA: Kadin Jaksel dan Uemkaem.id Kembangkan Aplikasi Selatan Bersinar
Kadin NZH berharap titik awal gerakan dekarbonisasi yang dilakukan pertama kali oleh 50 perusahaan itu akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan Indonesia lainnya.
Menurut dia, komitmen dekarbonisasi 50 perusahaan pertama di Indonesia ini menggambarkan sektor swasta nasional sudah menunjukkan geliat nyata mereka untuk membantu pemerintah dalam hal mengurangi emisi karbon.
BACA JUGA: Kadin Net Zero Hub: Tanpa Dekarbonisasi Industri, Indonesia Sulit Mencapai Target NDC
Kadin NZH menargetkan setidaknya 100 perusahaan nasional menyatakan komitmen atas dekarbonisasi industri pada gelaran B20 Summit pada November 2022 di Bali.
Yusrizki mengungkapkan inisiatif kolaborasi antara Kadin NZH dengan sejumlah pengusaha tersebut berlatar belakarang belum terlihatnya urgensi untuk menurunkan emisi karbon di sektor industri atau dekarbonisasi industri di kalangan pemangku kepentingan bisnis nasional.
BACA JUGA: Yusrizki: Transisi Energi Harus Didukung Teknologi dan RegulasiÂ
Di sisi lain, kendala terbesar perusahaaan-perusahaan yang sudah mengerti dan ingin melakukan dekarbonisasi industri adalah minimnya informasi, pengetahuan terkait proses transisi itu sendiri, dan akses kepada energi bersih.
“Yang belum banyak disadari oleh stakeholder bisnis nasional adalah perubahan tatanan bisnis dan investasi global yang akan sangat berdampak kepada pelaku usaha dalam negeri,” kata Yusrizki melalui keterangan tertulisnya, Senin (24/10).
Dia mengatakan bahwa proses dekarbonisasi memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh perusahaan dengan skala apa pun. “Perusahaan berskala multinasional juga memiliki tantangannya tersendiri dalam proses transisi,” ungkapnya.
Ketua Komite Tetap Energi Baru Terbarukan Kadin Indonesia ini mengungkapkan dalam kegiatan tersebut Kadin NZH turut mengajak para pengusaha berdiskusi mengenai penghitungan emisi gas karbon perusahaan, hingga perencanaan kerangka kerja operasional rendah emisi.
“Mengenai standar SBTI (Science Based Target Initiatives) yang merupakan panduan global dalam dekarbonisasi industri. Pendampingan teknis ini diberikan secara komprehensif, tanpa biaya kepada perusahaan-perusahaan nasional yang serius ingin melakukan transisi menuju Net Zero Company. Saat ini sebanyak 50 perusahaan telah tergabung dalam KADIN NZH,” papar Yusrizki.
Dia menekankan perlunya bantuan langsung dari pemerintah sehingga aksi-aksi korporasi akan terus berkembang sehingga Indonesia dapat mencapai target penurunan emisi karbon. “Salah satu hal yang paling menyulitkan perusahaan dalam dekarbonisasi industri adalah ketersediaan dan akses kepada energi ramah lingkungan,” kata Yusrizki.
Syarat Investasi
Yusrizki mengatakan saat ini investor mulai menetapkan persyaratan baru dalam pengambilan keputusan investasi, misalnya akses kepada energi bersih, kadar emisi dalam jaringan kelistrikan nasional, dan poin-poin terkait mitigasi bencana alam.
Singkatnya, lanjut Yusrizki, investor dan perusahaan multinasional tidak mau berinvestasi di negara-negara dengan emisi karbon yang tinggi. “Ini akan sangat memengaruhi foreign direct investment ke Indonesia, baik investasi baru maupun investasi yang saat ini masih berjalan,” ungkapnya.
Beberapa parameter konvensional dalam investasi, seperti ketersediaan buruh murah dan kemudahan perizinan, berangsur akan mulai digantikan dengan yang baru seperti ketersediaan dan akses kepada energi bersih, tingkat emisi karbon dalam jaringan kelistrikan nasional (grid emission factor).
Sebagai contoh, saat ini sebanyak 370 perusahaan multinasional bergabung dalam inisiatif global RE100 dengan komitmen menggunakan energi terbarukan secara bertahap, yaitu 60 persen di 2023, 90 persen di 2040, dan 100 persen di 2060.
Dari 370 perusahaan tersebut, banyak yang saat ini sedang melakukan kegiatan usaha di Indonesia.
Sesuai dengan komitmen RE100 yang sudah ditandatangani, perusahaan-perusahaan tersebut berlomba-lomba dalam mencapai target penggunaan energi terbarukan di semua lini usaha dan produksi di seluruh negara tempat mereka melakukan kegiatan usaha, termasuk Indonesia.
Adapun Indonesia tertinggal dalam penyediaan energi terbarukan di kawasan ASEAN.
Vietnam, Kamboja, dan Thailand yang lebih unggul dalam penyediaan energi bersih dengan kapasitas terpasang energi terbarukan masing-masing sebesar 55,8 persen, 54,8 persen, dan 30,3 persen, sementara Indonesia berada di angka 14,8 persen (ASEAN Power Updates, 2021).
“Secara logika, perusahaan akan meningkatkan investasinya di negara-negara dengan ketersediaan dan akses kepada energi hijau, dan akan meninggalkan negara-negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi bersih. Ini satu hal yang harus disadari oleh khususnya pengambil kebijakan,” imbuhnya
RE100 bukan saja satu-satunya komitmen global yang mengikat.
Di sektor tekstil dan pakaian, Fashion Industry Charter for Climate Action adalah kesepakatan yang telah ditandatangani oleh hampir seluruh perusahaan prinsipal (principal company) pemegang merek-merek besar dunia, seperti LVMH, H&M Group, Levi Strauss & Co., Gap Inc., Nike, Mango, Inditex Group, dan masih banyak lagi yang memiliki rantai pasok di Indonesia.
Dalam sotf launching Kadin Net Zeo Hub Indonesia pada 19 Oktober 2022 di Jakarta, sebanyak 14 perusahaan yang tergabung di dalamnya merealisasikan komitmen dekarbonisasi industri melalui Industry Pledge.
Perusahaan tersebut terdiri dari Kadin NZH signatories: PT Tira Austenite Tbk, PT Red Planet Indonesia Tbk, PT Samora Usaha Makmur, PT Mitra Kiara Indonesia, April Group, PT Ever Shine Tex Tbk, PT Chemstar Indonesia Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT NQA Indonesia, PT Aneka Gas Industri Tbk, dan KADIN NZH supporters: Multi Bintang Indonesia, Danone Indonesia, Nestlé Indonesia, dan H&M Indonesia.
Dalam kesempatan itu, ditampilkan grafik estimasi penurunan emisi sebagai gambaran kontribusi dari tiap perusahaan yang menandatangani “janji untuk berubah” tersebut.
Ini menjadi awal dari langkah nyata untuk merealisasikan komitmen menjadi Net Zero Company dan mendukung pencapaian Net Zero Emission Indonesia. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi