Dekati Pemilu, Kinerja Swasta Melambat

Berat Capai Pertumbuhan Ekonomi 6,5 Persen

Rabu, 30 Juli 2008 – 07:55 WIB
JAKARTA –  Pemerintah tidak akan bisa berharap banyak dari sektor swasta untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 6 persen – 6,5 persen tahun depanMemasuki paruh kedua tahun ini, kinerja sektor swasta diprediksi stagnan bahkan cenderung turun

BACA JUGA: PLN Tambah Utang 10 Triliun


Kepala Ekonom PT BNI Tbk Tony Prasetiantono mengatakan, industri swasta di sektor perbankan, konstruksi, telekomunikasi, dan pertambangan yang biasanya jadi andalan pemerintah, bakal mengalami masalah pada semester II 2008
Di sektor perbankan misalnya, asumsi suku bunga yang akan naik semesteri II, bisa menurunkan pendapatan sektor perbankan

BACA JUGA: Ponsel untuk Manula dari K-Touch


‘’Proyek-proyek sektor riil juga melambat
Sektor konstruksi diperkirakan masih sepi proyek

BACA JUGA: Growth Bank Masih Stabil

Suplai untuk kontarktor masih akan tertahan,’’ papar Tony di Jakarta, kemarinKinerja swasta yang melambat tersebut bakal berpengaruh pada penerimaan Negara‘’Kondisi swasta yang tidak bagus itu akan menggerus penerimaan negaraMisalnya, dari pajak (PPh) badan,’’ tuturnya
Sektor lain yang juga bergerak merambat, prediksi Tony, adalah transportasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri, dan pertanianBeban pemerintah makin berat karena ditambah dengan merosotnya daya beliTercatat, pada periode April- Juni 2008 daya beli kelompok pekerja merosot 7,16 persen.
Tahun depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,2-6,4 persenAndalan pemerintah pada enam sectorYakni telekomunikasi dan transportasi 13 persen, konstruksi 8 persen, perdagangan, hotel dan restoran 7,8 persen, industri 5,3 persen, pertanian 3,6 persen, dan sektor pertambangan 2,9 persen
‘’Sayangnya, sejumlah kendala masih akan terus menekan kinerja swastaIni akibat defisit daya listrik, suku bunga yang tinggi akibat pengetatan moneter, dan pengaruh kegiatan pemilu 2009,’’ ujarnyaFaktor lain, inflasi hingga akhir 2008 diperkirakan mencapai 11,4 persenAngka ini lebih tinggi dari asumsi APBN-P 2008 yang 6,5 persen
Ketua Kadin MS Hidayat menambahkan, target pertumbuhan ekonomi pemerintah memang akan terkendala sejumlah faktorApalagi, jumlah bunga utang pemerintah yang harus dibayar tahun ini akan melebihi pagu dalam APBN-P 2008Ini imbas suku bunga naikPembayaran bunga utang tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp96,96 triliun, naik Rp2,16 triliun atau 2,3 persen di atas pagu APBN-P 2008 sebesar Rp94,79 triliun.
‘’Kondisi itu terjadi terutama karena inflasi yang akhirnya meningkatkan suku bunga dan yield imbal hasil,’’ kata HidayatSelain itu, meningkatnya yield karena sentimen di pasar modal, ada krisis subprime (mortgage) yang belum reda, inflasi, harga komoditas yang menyebabkan global inflation yang berpengaruh pada inflasi di dalam negeri, menjadi kendala tersendiri
Di sektor riil, kata dia,  suasana tidak kondusif karena semuanya dipaksa menunggu hingga anggaran proyek cairPadahal, saat ini anggaran proyek masih seretItu bisa dilihat dari rendahnya realisasi belanja kementerianSaat ini realisasi belanja kementerian dan lembaga baru mencapai 35 persen dari total pagu Rp290,02 triliun dalam APBN Perubahan 2008Artinya, belanja hingga semester I baru tercatat Rp104,4 triliun‘’Semester II, pemerintah harus menggenjot realisasi belanja hingga Rp185,98 triliun,’’ katanya
Karena sektor swasta akan mengalami perlambatan sepanjang 2009, lanjut dia, maka tinggi rendahnya kinerja swasta pada sektor-sektor unggulan ini akan ditentukan peran pemerintah sendiri‘’Intinya, pemerintah harus kerja keras mengejar pertumbuhan ekonomi tahun depan,’’ tegasnya. (yun)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Asumsi Harga Minyak Diturunkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler