jpnn.com, POLANDIA - Perhelatan dunia setiap akhir tahun dalam membicarakan status dan pengendalian perubahan iklim global, kembali akan digelar di Katowice, Polandia, selama kurang lebih dua minggu mendatang.
Peserta sidang PBB bidang perubahan iklim ini diperkirakan mencapai 45 ribu orang dari 197 perwakilan negara. Indonesia sendiri mengirimkan sekitar 450 delegasi yang berpengalaman di bidang masing masing, di mana 80 orang sebagai negosiator, dan sisanya melakukan soft diplomacy melalui side event, khususnya di Paviliun Indonesia.
BACA JUGA: Tata Kelola Gambut Indonesia Jadi Rujukan Pengetahuan Dunia
Menteri LHK, Siti Nurbaya menegaskan bahwa, kedatangan rombongan Delegasi R.I (Delri) ini sangat penting bagi negara Indonesia, dalam mencapai target target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), dan program adaptasi perubahan iklim yang disebutkan di dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) sebagai produk dari Paris Agreement.
"Tentunya penting karena COP 24 ini akan membahas rules book dari Paris Agremeent, dengan kata lain modalitas, prosedur, dan guidelines (panduan) melaksanakan NDC, akan dibahas di COP ini," tuturnya.
BACA JUGA: COP-2 Minamata Perkuat Upaya Hapus Merkuri Secara Global
Tim negosiasi Delri terdiri dari perwakilan dari kementerian dan lembaga, LSM, dan peneliti, yang telah dibekali kertas posisi. Sebelumnya, posisi ini telah dibahas sebanyak lima kali di Jakarta, dengan dihadiri stakeholder terkait.
"Kertas posisi yang telah disusun bersama ini, harus menjadi patokan Delri, bukan hanya pada meja negosiasi tapi juga pada mandated event, side event, paralel event, termasuk di Paviliun Indonesia," tegas Menteri Siti pada pertemuan pleno Delri beberapa waktu lalu di Jakarta.
BACA JUGA: KLHK Terus Berupaya Hapuskan Merkuri
Penasehat Senior Menteri Bidang Perubahan Iklim, dan konvensi internasional sekaligus National Focal Point (NFP) untuk UNFCCC, Dr. Nur Masripatin juga menyampaikan, kertas posisi tersebut mencerminkan rencana aksi di berbagai kementerian serta agenda non state actor (pelaku non pemerintah), termasuk pemerintah daerah, LSM, swasta, masyarakat adat, dan akademisi.
Ditambahkannya, sebanyak 19 agenda akan dibahas di dalam COP UNFCCC ke-24 yang dibagi kedalam 2 agenda besar.
Yaitu 1) Agenda Paris Agreement Work Programme (PAWP) terbagi kedalam 8 kelompok; 2) Agenda Non Paris Agreement Work Programme (Non PAWP) yang terbagi kedalam 11 kelompok. Delapan kelompok PAWP terdiri dari Mitigation -NDC, Adaptation Communication, Transparancy Framework for Action and Support, compliance, Climate Finance/ Adaptation fund, Technology, Respons Measure dan Artikel 6 of Paris Agreement.
"Sedangkan 11 kelompok Non PAWP terdiri dari Mitigation, Adaptation, Transparancy, Finance, Technology, Capacity Building, Respons Measure, Agriculture, Gender and Climete Change, Researce and Systematic Observation/RSO, Local Community and Indigenous People Plateform," jelas Nur Masripatin.
Sementara Dr. Agus Justianto, Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK selaku penanggung jawab Paviliun Indonesia, mengatakan, terdapat 3 topik utama yang akan dipresentasikan di Paviliun Indonesia dalam 56 sesi, terdiri dari a. NDC Framework: Past, Present and Future; b. Climate Action and SDG's on The Ground; c. Accelerating Clemate Action Through Innovation.
"Kami telah mempersiapkan berbagai best practices yang menyangkut program mitigasi dan adaptasi di berbagai sektor. Selain itu pada paviliun ini, kami juga akan menampilkan budaya asli Indonesia termasuk tarian, nyanyian dan makanan tradisional," ujarnya.
Terkait hal ini, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, Ruandha A. Sugardiman, menerangkan, KLHK sendiri telah mendemonstrasikan 1.981 kampung iklim di seluruh Indonesia, dan bekerjasama dengan berbagai provinsi untuk memulai, merencanakan, dan menerapkan NDC.
"Kami juga telah menyusun sistem Monitoring, Reporting, and Verification (MRV) , serta mengembangkan Sistem Registri Nasional (SRN), dan inventarisasi GRK nasional," Ruandha menjelaskan lebih lanjut.
COP 24 Katowice ini akan berlangsung selama 2-14 Desember 2018. Seiring dengan agenda COP 24 ini, Menteri Siti juga akan menghadiri undangan beberapa negara di Eropa. Selain membawa isu hutan dan sawit, Menteri Siti juga akan menbawa isu lingkungan lainnya termasuk sirkular ekonomi.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KLHK Dorong Praktik Green Business pada UKM
Redaktur & Reporter : Natalia