Demam Berdarah Kian Ganas, Dua Daerah Berstatus KLB

Minggu, 08 Februari 2015 – 00:14 WIB
KELAMBU: Pemakaian kelambu adalah salah satu cara mencegah serangan nyamuk aedes aegypti, penyebab penyakit DBD. FOTO M. TEGAR MUJAHID/RADAR LAMPUNG/JPNN.com

jpnn.com - BANDARLAMPUNG - Serangan demam berdarah dengue (DBD) semakin menggila. Dua daerah di Provinsi Lampung telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DBD, yaitu Bandarlampung dan Lampung Utara (Lampura).

"Surat pemberitahuan KLB Lampura sudah diterima Kamis (5/2) lalu,” kata Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Lampung, dr. Asih Hendrastuti kepada Radar Lampung (Grup JPNN.com), Sabtu (7/2).

BACA JUGA: Daerah Ini Masih Kekurangan Ratusan Guru

Karena itu, lanjutnya, Dinkes Lampung mengambil langkah untuk menyikapi DBD. Salah satunya dengan membuat posko pemantauan DBD. Diskes juga melakukan pemantauan atas kasus DBD saat ini per hari. Sebelum ada status KLB, pemantauan dilakukan per minggu dan per bulan.

Berdasarkan data Diskes Lampung, pada Januari 2015, sudah ada 496 kasus DBD.

BACA JUGA: Oknum PNS Pemkab Magelang Diduga Terlibat Penambangan Liar

"Posko ini meng-update laporan harian untuk suspect DBD,” ungkapnya.

Asih mewanti-wanti agar warga mengantisipasi gejala DBD. Jika terserang demam tinggi yang kontinu tanpa fase naik turun, sebaiknya segera fasilitas kesehatan terdekat.

BACA JUGA: Kunjungi Batam, Mufidah Kalla Beli Lampu Hias dan Pakaian Etnik

“Selama virus beredar, menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan mengaktifkan alarm tubuh bahwa ada makhluk asing beredar di tubuh, efeknya demam,” jelasnya.

Dokter spesialis Anak Rumah Sakit Urip Sumoharjo dr. Iqbal,Sp.A mengatakan bahwa tanda DBD diawali dengan demam tinggi sekitar 2 – 7 hari dengan muka merah. Rata-rata pada hari ke 4 demam akan turun. Namun, penderita terlihat sakit (lemas).

”Perlu diperhatikan yakni, orang tua harus mengetahui kapan panas pertama kali,sehingga jika pada hari keempat panas segera lakukan pengecekan darah,” jelasnya.

Dia juga mengatakan bahwa kebanyakan penderita DBD berada di bawah usia 18 tahun. Sementara itu, warning DBD di kota Bandarlampung terus meluas.

Menurut Kepala Dinkes Bandarlampung dr. Amran, saat ini sudah 18 kecamatan yang diwarning waspada DBD. Berdasarkan data Diskes Kota, saat ini sudah ada 89 pasien yang terkena DBD. Rinciannya, 69 orang warga kota dan 20 warga luar Bandarlampung.

”Kan warning DBD yang tadinya hanya 9 kecamtan sekarang sudah 18 kecamatan. Maka dari itu, harus dikooridnasikan agar berjalan dengan baik dan obat fogging serta abatesasi dapat digunakan secara efektif,” kata dia.

Amran menyatakan, stok obat fogging dan bubuk abate tersedia disetiap puskesmas di kota.

”Maka dari itu, bertahap fogging, sosialisasi dan abatesasi akan terus dilakukan hingga optimal dan berjalan beriringan. Bagi warga yang belum menerima bubuk abate langsung saja ke kecamatan, ataupun puskesmas bisa diminta gratis, tidak dipungut biaya,” tandasnya.

Kepala Puskesmas Rawat Inap (PRI) Satelit Pahoman Ria Sari menambahkan, pihaknya terus menjalankan instruksi menggoptimalkan fogging.

”Ya kita upayakan satu harinya satu tempat, hari ini (kemarin, Red) kami fogging di kelurahan Bumi Kedamaian, Kedamaian,” kata dia. (gie/goy/p5/c1/wdi)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sukses Lestarikan Peninggalan Nenek Moyang Berkat Internet


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler