jpnn.com - BALIKPAPAN - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Balikpapan semakin menggila. Sudah ribuan orang yang terserang. Bahkan Balikpapan telah ditetapkan sebagai daerah endemis perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Dari data Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan menyebut, nyamuk pembawa virus demam berdarah ini sampai pekan ini telah menginfeksi 1.238 orang. Bahkan 12 di antaranya meninggal dunia. Tahun lalu, jumlah kematian akibat demam berdarah mencapai 14 orang.
Mengantisipasi jumlah kematian yang cukup tinggi, Diskes Balikpapan bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait menggelar rapat koordinasi, Rabu (10/6). Salah satu yang dibahas adalah keluhan masyarakat yang sulit mendapatkan fogging.
“Masyarakat itu tidak puas kalau tidak di-fogging. Padahal sudah ada SOP penanggulangan DBD,” kata Kepala Diskes Balikpapan Ballerina dilansir Kaltim Post (Grup JPNN.com), Sabtu (13/6).
Dia menjelaskan, misalkan terjadi kasus di suatu tempat hanya satu orang yang terkena DBD. Bisa jadi yang bersangkutan terkena gigitan waktu di sekolah atau tempat kerja. Kalau ditemukan ada jentik maka akan disebar abate.
BACA JUGA: Alfamart Dibobol Pencuri, Tiga Pelakunya Terekam CCTV
“Fogging baru dilakukan kalau ada dua kasus atau lebih, yang menandakan ada nyamuk yang menyebarkan virus itu, jadi harus dimatikan dengan fogging,” paparnya.
Yang menarik, ujar dia, dari 12 korban meninggal, hanya dua atau tiga orang yang meninggal setelah empat hari di rumah sakit. Sisanya meninggal setelah sehari di rumah sakit. Artinya, kebanyakan dari mereka terlambat dalam penanganan medis.
“Kami sudah memberikan edaran sejak tahun lalu. Bahwa setiap pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan demam, langsung kami anggap demam berdarah. Di situ SOP penanganan demam berdarah langsung berjalan,” terangnya.
Masyarakat diberi penanganan, selanjutnya jika dalam satu atau dua hari demam tidak turun, langsung dirujuk ke rumah sakit. Namun, ada masyarakat yang tak puas dengan puskesmas, sehingga berpindah-pindah dari dokter satu ke dokter lain.
“Ketika mereka berpindah dokter, mereka mengulangi prosedur dari awal. Padahal seharusnya sudah dirujuk ke rumah sakit. Itulah yang menyebabkan keterlambatan penanganan,” tambahnya.
Terlepas dari itu, Ballerina berharap peran dari camat, lurah, dan masyarakat untuk sama-sama menggalakkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dalam hal ini melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Sehingga mampu mengurangi populasi nyamuk maupun jentik.(*/rsh/rom/k15)
BACA JUGA: Mencuri Sejumlah Baju, Empat Nenek Asal Batam Ditangkap Polisi
BACA JUGA: Astuti Gugat Cerai Lantaran Rahman Sering Main Tangan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kecanduan Bercinta 3 Orang Sekaligus Karena Diajari Istri
Redaktur : Tim Redaksi