jpnn.com, JAKARTA - Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia (PAMMI) secara resmi berganti nama menjadi Persatuan Artis Musik Dangdut (PAMDI).
Perubahan nama itu telah disepakati dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia (DPP-PAMMI) di Hotel Grand Tjokro, Jakarta Barat pada (11/12), lalu.
BACA JUGA: Rhoma Irama Dukung Penyanyi Muda Urus PAMMI
Munaslub itu dihadiri Dewan Pimpinan Daerah dari 21 provinsi, termasuk perwakilan PAMMI Amerika dan para pendiri organisasi yakni Bapak Eddie M. Nalapraya, Muchsin Alatas, dan Rhoma Irama.
Setelah ditetapkan sebagai WBTb provinsi DKI Jakarta oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, dangdut memang tengah gencar didaftarkan ke UNESCO.
BACA JUGA: Bina PAMMI, Isran Noor Janji Jauhkan Dangdut dari Pornoaksi
Rhoma Irama mengungkapkan tujuan perubahan nama itu sehubungan dengan proses perjalanan dangdut menuju UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb).
"Kami tetapkan dalam rangka penyesuaian aktivitas musik dangdut ini," kata Rhoma saat ditemui seusai Munaslub, baru-baru ini.
BACA JUGA: Budaya Jamu Diakui UNESCO, Rosita Berharap Minuman Rempah Makin Digemari
Dia menilai dangdut termasuk genre musik yang sangat diminati di berbagai belahan dunia.
Oleh karena itu, sudah seharusnya dia mengupayakan genre ini terdaftar di UNESCO sebagai WBTb dari Indonesia.
"Harus menjadi pagar budaya bangsa yang kokoh dalam menghadapi penetrasi kultural dunia barat," imbuh pria 77 tahun itu.
Dalam perjalanannya, PAMMI mengalami beberapa kali perubahan nama, mulai dari Yayasan Artis Musik Melayu Indonesia (YAMMI) pada 1978.
Kemudian, berubah menjadi Lembaga Artis Musik Melayu Indonesia (LAMMI) pada 1980.
Selanjutnya, berubah lagi pada 1989, menjadi Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI).
Sebelum diubah kembali pada 2023, organisasi ini kembali berubah nama menjadi Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia dengan singkatan sama PAMMI. (mcr31/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... UNESCO Menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah