Demi Dilayani Tiga Pria Tampan, Keluarkan Rp 133 Juta

Minggu, 26 Februari 2017 – 20:35 WIB
Male host di Jepang. Foto: The star.com.my

jpnn.com - jpnn.com - Banyak wanita karier dengan kantong tebal di Jepang. Mereka sibuk bekerja demi uang

Namun, akibat kesibukan itu mereka tidak punya waktu bersosialisasi.

BACA JUGA: Premium Friday, Cara Jepang Mencegah Depresi Pekerjaan

Jangankan berpacaran, sekadar ngerumpi sambil minum kopi bareng teman saja tidak sempat.

Padahal, beban kerja yang tinggi membuat mereka butuh seseorang untuk melampiaskan emosi.

BACA JUGA: Sajak Bung Karno

"Saya sedang ingin merasa berbunga-bunga," kata Aki Nitta.

Maka, malam itu dia melangkahkan kaki ke Kabukicho, distrik lampu merah Kota Shinjuku, Prefektur Tokyo.

BACA JUGA: Jepang Akhirnya Punya Juara Sumo, Lo Selama Ini?

Setelah membaca beberapa plang nama, dia kemudian masuk ke salah satu kelab malam paling populer di sana.

Segera saja, dia memilih tiga pria ganteng dan membeli sebotol sampanye.

Dalam hitungan menit, Nitta dan tiga male host Kabukicho itu sudah akrab.

Bagi pebisnis sukses seperti Nitta, kehadiran male host atau geisha (di awal kemunculannya, geisha adalah pria) adalah solusi.

"Pria-pria Jepang bukan tipe penyayang yang suka mengekspresikan perasaan mereka. Tapi, para host ini beda. Mereka selalu memperlakukan perempuan layaknya putri. Jadi, saya tidak peduli berapa biaya yang harus saya keluarkan asal mereka memanjakan saya," katanya.

Dalam satu bulan, perempuan 27 tahun asal Kota Nagoya, Prefektur Aichi, itu menghabiskan uang USD 10.000 atau sekitar Rp 133,7 juta untuk "membeli" perasaan berbunga-bunga.

Ya. Tugas utama para male host itu bukanlah memberikan layanan bercinta.

Mereka dibayar untuk memberikan kenyamanan dan kebahagiaan bagi perempuan-perempuan sukses yang kesepian itu.

Menurut Sho Takami, salah seorang pemilik kelab malam di Kabukicho, para pelanggan di kelabnya selalu orang-orang yang haus perhatian.

Karena itu, pria yang dahulu juga berprofesi geisha tersebut mengajarkan kepada seluruh host di kelabnya untuk mudah memuji.

Juga, tidak pelit mengumbar kata mesra. Dengan memberikan kepuasan batin, Takami yakin, para host akan mendapatkan kepuasan lahir berupa uang.

"Dulu, saat saya masih berusia 20 tahun, ada pelanggan yang membelikan saya Porsche," kata Takami.

Kini pemilik kelab malam yang berusia 43 tahun itu sudah punya Rolls-Royce sendiri. Dia juga punya seorang sopir pribadi.

Tahun depan dia membuka kelab malam khusus male host di Kota Las Vegas, Clark County, Negara Bagian Nevada, Amerika Serikat (AS).

"Kami mulai bekerja setelah jam kantor berakhir. Mulai menemani pelanggan minum, bercanda dan mendengarkan curhat mereka, sampai naik ke ranjang sekitar pukul 21.00. Saat hari berganti, kami bertemu pelanggan lain," kata Takami.

Aktivitas di ranjang, menurut dia, tidak melulu bercinta Sering curhat berlanjut sampai pagi.

"Yang terpenting, dengan kehadiran kami, mereka percaya bahwa cinta itu ada," tegasnya.

Kelab malam yang menghadirkan male host menjadi industri yang kian tumbuh subur di Jepang.

Saat ini ada sekitar 800 kelab yang menyediakan jasa geisha di seantero Negeri Sakura itu.

Sebanyak 260 di antaranya terletak di Tokyo. Sebagian besar ada di Kabukicho.

Jumlah itu pun dipastikan bakal terus merangkak naik. Apalagi, jumlah male host kian bertambah.

Belakangan, jumlah pelanggan kelab malam di jalanan sempit Kabukicho semakin banyak. (AFP/southchina morningpost/hep/c10/any/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fakta Unik soal Tidur Orang Jepang


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Geisha   Jepang  

Terpopuler