Kebanyakan orang tua begitu ambisius jika menyangkut masa depan anak mereka, tetapi ketika resume 15 halaman bocah berusia lima tahun bocor di dunia maya, hal itu mengejutkan media sosial China. Poin kunci:⢠Orangtua menempatkan harapan yang semakin tidak realistis pada anak-anak mereka
⢠Semua orang menginginkan anak yang super berbakat atau anak 'Niuwa'
⢠Jumlah sekolah swasta bilingual telah meningkat 30 persen hanya dalam beberapa tahun
BACA JUGA: Peneliti Temukan Mikroplastik Pada Ikan Di Great Barrier Reef
Dokumen yang mengejutkan itu mengklaim bocah tersebut mulai membaca puisi China kuno dari usia dua tahun, membaca lebih dari 500 buku berbahasa Inggris setiap tahun dan menikmati piano, hip-hop, sepak bola, berenang dan telah berkeliling dunia.
Resume dari sebuah aplikasi ke sekolah bilingual internasional yang populer di Shanghai tersebut telah menerima lebih dari 20.000 komentar di Weibo, dengan banyak yang mengatakan hal itu merupakan penghinaan bagi orang tua dari anak-anak "biasa".
BACA JUGA: Makin Banyak Kaum Muda Australia Tinggal Dan Jalani Hidup di Karavan
Ibu asal Shanghai, Jiang Yin, yang memiliki seorang putri berusia 11 tahun, mengatakan kepada ABC bahwa sifat kompetitif pendidikan di China adalah penyebabnya.
"Prestasi berderet dan resume yang sangat mengesankan ini terlalu umum," katanya.
BACA JUGA: Kembar Siam Asal Bhutan Siap Dioperasi di Melbourne
Menyusun, dan dalam banyak kasus membuatnya sangat padat, resume untuk anak-anak kecil adalah keharusan ketimbang pengecualian ketika menyangkut sekolah-sekolah top, kata Dr Xiong Bingqi, wakil kepala Institut Penelitian Pendidikan abad 21 di Beijing.
"Sangat umum bahwa orang tua akan mempersiapkan resume yang dirancang dengan baik untuk anak mereka untuk mengesankan sekolah sehingga mereka memiliki kesempatan lebih besar untuk direkrut," katanya. Photo: Taekwondo adalah salah satu dari banyak kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan Bobby dalam 12 jam sehari. (Supplied: Joanna Wang)
Cuplikan jadwal anak 'Niuwa'
- 10.00-12.00: Debat Bahasa Inggris dan belajar berpidato
- 13.30: Taekwondo
- 15.00-17.00: Pelajaran bahasa Spanyol
- 19.00-20.00: Tampil di pertunjukan musikal dan drama berbahasa Inggris
Orang tua China memulai rencana mereka untuk membina anak yang sangat berbakat, atau 'Niuwa', sebelum kelahiran, kata Jiang.
"Kami tak punya pilihan - kami terdorong oleh orang lain," katanya.
"Anak-anak orang lain belajar setidaknya dua alat musik dan mengikuti sejumlah les."
"Jadwal anak-anak ini pada akhir pekan begitu padat. Jika kita tidak melakukan itu, kita menjadi 'tidak normal'." Photo: Hasil IELTS yang luar biasa dari Bobby ketika ia baru berusia delapan tahun. (Supplied: Joanna Wang)
Pentingnya menjadi brilian
Bobby Zou, sembilan tahun, adalah seorang Niuwa.
Hari normal untuk Bobby adalah sekitar 10-12 jam dan melibatkan debat serta sesi membaca dalam Bahasa Inggris, pelajaran bahasa Spanyol, pelajaran musik, dan taekwondo.
Menurut sang ibu, ia duduk di kelas empat SD di sekolah bilingual swasta di Shanghai dan mulai mendengarkan bahasa Inggris ketika ia masih di dalam kandungan.
Pada usia enam tahun, ia diklaim selesai membaca seluruh seri novel Harry Potter - dalam bahasa Inggris.
Pada usia delapan tahun, ia mencetak skor tujuh dalam Sistem Pengujian Bahasa Inggris Internasional, atau IELTS, yang merupakan tes patokan untuk belajar bahasa Inggris di seluruh dunia.
Skor tujuh lebih tinggi dari yang dibutuhkan oleh sebagian besar universitas Australia untuk pelajar internasional.
Ia mengingat lebih dari 100 kata bahasa Inggris setiap hari selain belajar bahasa Spanyol, dan mungkin yang paling mengejutkan dari semuanya, ia mengklaim dirinya bisa menyelesaikan satu volume buku serial Winston Churchill The Second World War - yang lebih dari seribu halaman - dalam satu setengah jam.
"Setiap anak memiliki jalur kehidupan yang unik. Bobby hanya kebetulan berbakat dan memiliki peluang bagus," kata ibu Bobby, Joanna Wang kepada ABC.
Ibunya memiliki keyakinan pada bakat Bobby bahwa ia berhenti dari pekerjaannya sebagai eksekutif di perusahaan multinasional awal tahun ini untuk fokus pada Bobby secara penuh. Photo: Bobby membacakan karyanya di upacara wisuda dari Program Musim Panas di John Hopkins Center for Talented Youth. (Supplied: Joanna Wang)
Namun, terlepas dari keyakinannya pada kemampuan Bobby, ketika ia mengikuti ujian masuk untuk salah satu sekolah internasional ternama di Shanghai tiga tahun lalu, Wang mengakui ia tidak yakin apakah putranya akan diterima.
"Mereka tidak mengumumkan persyaratan mereka, jadi saya harus menebak dari informasi yang dibagikan oleh ibu lain," katanya.
"Dalam ujian, penguji membawa anak-anak ke ruang kelas. Ada barang-barang yang berbeda di ruangan itu, misalnya mainan atau buku. Mereka akan mengamati bagaimana anak-anak berperilaku."
"Bobby suka membaca, ia mengambil buku, duduk dan mulai membaca."
Bobby diterima bersama dengan sekitar 20 siswa China lainnya - dari sekitar 1.200 pelamar.Beban harapan yang besar
Dulu, sekolah bilingual internasional elit hanya terbuka untuk anak-anak warga negara asing yang tinggal di China.
Namun selama beberapa tahun terakhir, mereka mendapatkan popularitas di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen sebagai sekolah pilihan bagi orang tua yang ambisius. Photo: Ibu Bobby mengklaim putranya bisa membaca 1.000 halaman buku Winston Churchill The Second World War dalam waktu hanya satu setengah jam. (Supplied: Joanna Wang)
Karena permintaan meningkat, begitu juga jumlah sekolah yang melayani 'Niuwa'.
Menurut statistik yang dirilis oleh perusahaan riset yang berbasis di NewSchool Insight Beijing, antara tahun 2015 dan 2017, jumlah sekolah dwibahasa di China melonjak 30 persen, dengan 367 beroperasi pada tahun 2017.
Para pelajar China di sekolah-sekolah ini diajar oleh para guru Barat dalam mata pelajaran seperti bahasa Inggris, seni, musik, pendidikan jasmani, sains dan filsafat. Mereka juga memelajari berbagai kurikulum Barat, seperti International Baccalaureureate.
Wang mengatakan ia memiliki harapan yang tinggi atas apa yang bisa dilakukan pendidikan bilingual terhadap putranya.
"Saya ingin Bobby menjadi seseorang dengan pandangan internasional," katanya.
"Tujuannya adalah (universitas) Ivy League."
Dr Hannah Soong, seorang sosiolog di University of South Australia, mengatakan kepada ABC faktor utama dalam popularitas sekolah-sekolah ini adalah bahwa mereka dilihat sebagai pintu gerbang untuk belajar di luar negeri di negara-negara seperti Amerika Serikat atau Australia, yang banyak orang tua percaya akan memberikan hasil pekerjaan yang lebih baik di China.
"Sistem sekolah dwibahasa internasional berfokus pada pengembangan siswa yang berorientasi global melalui pendidikan 'East-meets-West' (Timur berpadu Barat)," katanya.
Selama penelitian tentang hubungan antara orang tua, anak-anak, dan pendidikan di China, Dr Soong mewawancarai 46 pasang orang tua tentang tujuan dan harapan mereka untuk anak-anak mereka.
"Orang tua yang saya temui memiliki orientasi masa depan, menginginkan anak mereka menjadi biokultural dan menggunakan bahasa Inggris karena mereka melihat manfaat dari mengekspos anak-anak mereka ke cara berpikir yang berbeda melalui kurikulum sekolah dan mata pelajaran mereka," kata Dr Soong. Photo: Bobby ketika mengunjungi Uluru. Ibunya mengatakan, putranya juga telah melakukan perjalanan ke beberapa negara lain. (Supplied: Joanna Wang)
Ia juga mengatakan orang tua China semakin menuntut anak-anak mereka tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga unggul dalam segala hal dan menjadi "serba bisa".
Dengan biaya kuliah tahunan rata-rata sekitar $ 30.000 (atau setara Rp 300 juta), ditambah puluhan ribu dolar untuk kelas ekstrakurikuler, orang tua siswa harus memiliki sumber daya yang cukup besar.
"Mayoritas orang tua yang saya wawancarai, mereka adalah pemilik bisnis yang memiliki sumber daya seperti waktu, keuangan, disopiri oleh pengemudi pribadi dan asisten sewaan," kata Dr Soong.
Bagi mereka yang tak bisa mengejar sekolah bilingual swasta, mereka harus tinggal di zona sekolah yang bagus.
"Agar memenuhi syarat untuk pergi ke sekolah yang bagus yang dizonakan, Anda harus menghabiskan setidaknya 1,5 juta yuan (sekitar Rp 3 miliar) untuk membeli flat lama di sana yang hanya 10 meter persegi dan tidak bisa ditinggali," tutur Jiang, dari Shanghai.
Upah tahunan rata-rata untuk pekerja Shanghai adalah 85.582 yuan (sekitar Rp 170 juta), menurut angka resmi pemerintah dari tahun 2017.
"Namun, ada banyak orang yang menunggu untuk membeli apartemen," kata Jiang.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bagaimana Australia Tangani Kasus Postingan di Medsos