jpnn.com, MEDAN - Sebanyak 53 mahasiswa diamankan polisi saat aksi demo yang berakhir rusuh di depan Gedung DPRD Sumatera Utara (Sumut), Selasa (24/9).
Selain puluhan mahasiswa, satu di antaranya adalah terduga pelaku yang disebut polisi sebagai aktor yang menunggangi aksi sehingga berakhir rusuh.
BACA JUGA: Video Polisi Memukuli Mahasiswa di Gedung DPRD Sumut, nih Penjelasan Kapolda
“Satu orang kemungkinan teroris diamankan. Keterlibatannya dia yang mungkin nunggangi sehingga aksi demo berujung rusuh,” ujar Kapolda Sumut, Irjen Pol Agus Andrianto usai pertemuan di Kodim 0201/BS.
“Aksi elemen mahasiswa tadi ditunggangi oleh salah seorang DPO kasus teroris inisial RSL yang saat ini yang bersangkutan sudah ditangkap dan akan dikirim ke Densus 88 Polri,” tegasnya.
BACA JUGA: Bus dan Jeep Milik TNI Dibakar Massa di Area Parkir Lapangan Tembak Senayan
Soal tindak lanjut mahasiswa yang ditangkap, Kapolda belum bisa memastikan apakah akan dibebaskan atau tidak. “Ya kami lihat nanti keterlibatannya,” jelasnya.
Sementara itu, Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dadang Hartanto mengatakan akibat demo ricuh, Selasa sore, ada tujuh mobil dinas polisi yang dirusak.
BACA JUGA: Demo di DPR Rusuh, Puluhan Mahasiswa Terluka Dibawa ke RSPP
“Untuk kendaraan dinas yang rusak ada tujuh unit. Nanti akan diolah TKP, pelakunya harus bertanggung jawab. Beberapa pelaku yang provokaotor sedang kami proses,” tegasnya.
Dia menegaskan jangan sampai ada kabar hoaks yang beredar. “Perlu saya ingatkan jangan sampai ada hoaks. Tidak ada meninggal dunia. Semuanya dalam keadaan baik. Korban dari jumlah Polri masih kita identifikasi,” bebernya.
Dadang mengurai aksi massa yang sudah mulai pukul 11.00 WIB sejatinya masih berjalan aman. Namun, beberapa jam kemudian mulai memanas.
“Pukul 15.00 sudah saling dorong, kami tetap bertahan. Kemudian berusaha naik pagar, kami tahan supaya untuk tidak bertindak anarkistis. Kemudian tiba-tiba ada pelemparan, juga kami tahan. Akhirnya karena menjaga kondusivitas wilayah, kami lakukan upaya paksa tekanan, kami dorong hingga pukul 18.25 WIB situasi kondusif,” jelasnya.
Sedangkan, masih dari kericuhan aksi yang berawal menuntut mencabut revisi UU KPK juga menolak pengesahan RUU KUHP itu seorang wartawan media online, bernama Raden Arman terkena lemparan batu saat sedang memotret demo di Gedung DPRD Medan.
Dahinya berdarah di sebelah kiri. Saat aksi memukul mundur para mahasiswa, polisi tidak hanya menggunakan water canon tapi juga gas air mata. Selain polisi, wartawan Kompas TV juga pingsan tidak tahan terkena gas tersebut.
Selain itu, sekuriti perempuan, Irma Yani yang bertugas di DPRD Medan juga jadi korban lemparan batu dan mengalami luka.
Sementara itu, nahas bagi Pintor Sitorus anggota DPRD Sumut dari Fraksi Gerindra kena pukul oleh oknum kepolisian saat mengabadikan momen ketika mahasiswa yang ditangkap dibawa masuk ke dalam gedung dewan.
Pintor dipukuli aparat saat di basement mobil gedung DPRD Sumut. Beruntung, saat itu, rombongan anggota DPRD Sumut dari Gerindra melintas dekat basement dan melihat korban sedang jadi bulan-bulanan.
Anggota DPRD Sumut, Gusniadi langsung melerai dan menjelaskan bahwa aparat kepolisian jangan gegabah mengambil sikap dengan memukuli anggota Dewan.
“Dia anggota dewan, kenapa kalian pukuli. Harusnya kalian periksa identitas sebelum melakukan tindakan pemukulan,” tegas anggota dewan yang sempat menemui massa saat mahasiswa meminta tanggapan anggota dewan.
Diapun langsung meminta kepada Kapolsek Medan Kota, Kompol Martuasah Tobing, untuk mencari dan menindak anggota yang melakukan pemukulan terhadap Pintor. (nin)
Redaktur & Reporter : Budi