jpnn.com, AMERIKA - Aksi protes para pelajar Marjory Stoneman Douglas High School pascatragedi penembakan 14 Februari belum usai. Tapi, perubahan ke arah positif mulai muncul.
National Rifle Association (NRA), organisasi senjata yang punya lobi kuat di pemerintah pusat, pun terkena dampak.
BACA JUGA: Olimpiade Selesai, AS dan Korut Ribut Lagi
”Kami telah menginformasikan kepada NRA bahwa kami tidak akan lagi memberikan diskon khusus bagi anggota mereka yang menyewa kendaraan dari perusahaan kami.” Demikian bunyi pernyataan tertulis Hertz, perusahaan rental mobil yang menjadi mitra NRA, sebagaimana mereka publikasikan lewat akun Twitter perusahaan pada Jumat (23/2). Hertz tidak sendirian.
Akhir pekan lalu sejumlah perusahaan yang selama ini menjadi rekanan NRA mengambil langkah yang sama. Delta Airlines dan United Airlines menjadi dua rekanan NRA yang memilih putus hubungan dengan organisasi nonprofit tersebut.
BACA JUGA: Malu Tak Hentikan Pembantaian, Sekuriti SMA Florida Mundur
Associated Press melaporkan, dua maskapai besar Amerika Serikat (AS) itu tak lagi memberlakukan harga khusus bagi anggota NRA sejak Sabtu (24/2).
Biasanya, Delta dan United memberikan diskon besar kepada seluruh anggota NRA saat asosiasi tersebut menggelar pertemuan tahunan.
BACA JUGA: Parlemen Florida tetap Izinkan Senapan Serbu Dijual Bebas
Dengan demikian, sekitar 5 juta anggota NRA bisa menghadiri pertemuan reguler itu tanpa perlu memusingkan tiket pesawat yang mahal.
Tapi, kini semuanya berakhir. Delta dan United bahkan minta NRA menghapus seluruh referensi tentang dua maskapai itu pada situs resminya.
Selain Hertz, Delta Airlines, dan United Airlines, masih ada beberapa perusahaan lain yang berhenti mendukung NRA. Antara lain First National Bank of Omaha yang selama ini menyediakan kartu kredit bagi anggota NRA.
Juga Insurer Chubb Ltd. yang menjadi mitra NRA dalam program asuransi kepemilikan senjata dan Enterprise Holdings yang selama ini menyewakan kendaraan untuk NRA.
Dua hotel yang selama ini bermitra dengan NRA juga memublikasikan lewat media sosial bahwa mereka tak lagi bekerja sama dengan organisasi tersebut. Dua hotel itu adalah Wyndham Hotels dan Best Western.
Semua itu, menurut Time, muncul setelah tagar boikot NRA, #BoycottNRA, menjadi trending topic di Twitter. Perusahaan-perusahaan yang selama ini identik dengan NRA pun memilih jaga jarak.
Fenomena yang muncul di tengah gencarnya unjuk rasa ratusan pelajar Marjory Stoneman Douglas High School itu, mau tak mau, memunculkan berbagai perspektif politik.
Partai Demokrat memanfaatkan momentum tersebut untuk mencuri simpati massa. Apalagi, dalam waktu dekat Negeri Paman Sam bakal menghelat pemilu sela.
”Kami perlu merangkul gerakan perubahan ini,” ujar Rodell Mollineau, tokoh Demokrat.
Kepada The Guardian, Mollineau menyatakan bahwa gerakan para pelajar SMA dari Kota Parkland, Negara Bagian Florida, itu bisa membuahkan solusi permanen.
Sebab, selama ini perdebatan tentang regulasi senjata selalu gagal mendatangkan perubahan. Padahal, perdebatan itu sudah berlangsung lama. ”Anak-anak ini hanya dalam hitungan hari bisa membuat perubahan signifikan,” pujinya.
Namun, Partai Republik yang mendapatkan banyak keuntungan dari NRA skeptis. Mereka tidak yakin gerakan para pelajar itu benar-benar berujung pada perubahan signifikan.
Pekan lalu, misalnya, mereka telah gagal mendesak Dewan Florida untuk mengamandemen regulasi yang terkait dengan usia kepemilikan senjata api.
Pekan ini giliran Gubernur Rick Scott yang diminta beraksi. Juga, Scott belum tentu seide dengan para pelajar itu.
”Saya tidak mau buru-buru menilai fenomena yang baru sepekan terjadi dan mengomentarinya sebagai tren nasional,” ungkap Rory Cooper, seorang pengamat dari Republik.
Menurut dia, yang saat ini terjadi adalah kelatahan. Sejak 14 Februari, perhatian dunia tertuju pada aksi brutal Nikolas Cruz. Karena itu, segala hal yang muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap Cruz atau senjata jelas akan diapresiasi positif.
Cooper yakin gereget itu segera sirna. Selanjutnya, perdebatan regulasi senjata akan kembali berjalan lambat seperti yang sudah-sudah.
NRA pun sepakat dengan Cooper. Karena itu, dalam respons resminya pasca pemutusan kerja sama oleh sejumlah perusahaan mitra, NRA menyatakan bahwa reaksi rekanan mereka tersebut terlalu politis. NRA pun mengaku tidak akan terpengaruh.
Kelihatannya NRA luput memperhatikan satu hal. Presiden Donald Trump yang biasanya satu suara dengan mereka pun kini berubah berkat aksi para pelajar Florida.
Suami Melania itu menetapkan 21 tahun sebagai usia minimal kepemilikan senjata. Itu berbeda dengan rekomendasi NRA, yakni 18 tahun.
Di era digital ini, para pelajar Marjory Stoneman Douglas High School juga menyampaikan suara dan gagasannya melalui media sosial. Mereka gencar mengampanyekan bahaya senjata dan langsung mendapatkan respons positif publik.
Bahkan, imbauan David Hogg, korban selamat Cruz, agar turis tak menjadikan Florida sebagai jujukan liburan musim panas sebelum regulasi senjata berubah langsung diiyakan banyak pengguna internet. (hep/c11/pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Trump Minta Guru Bawa Pistol saat Mengajar
Redaktur & Reporter : Adil