jpnn.com, JAKARTA - Walau kesepakatan koalisi Partai Demokrat dengan Partai Gerindra dan PKS tanpa mensyaratkan kursi cawapres, gerakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tiada henti di sejumlah daerah mengatakan sebaliknya. Bahkan, Jumat (3/8) nanti, putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menggelar acara 'Orasi AHY'.
"Orasi AHY nanti sangat kuat menjelaskan, Partai Demokrat tidak ingin melepas putra mahkota Cikeas itu (jadi cawapres), baik ketika bergabung dengan kubu Joko Widodo maupun dengan Prabowo," kata pengamat politik Said Salahudin kepada INDOPOS di Jakarta, Rabu (1/8).
BACA JUGA: Jika AHY Tak Jadi Cawapres, Ke Mana Arah Koalisi Demokrat?
Said menjelaskan, safari politik AHY ke sejumlah daerah dan pemasangan balihonya secara masif di berbagai pelosok negeri menjadi indikasi kuat dari agenda itu.
Lebih kongkret lagi, aksi demi aksi deklarasi dukungan terhadap AHY juga terus digelar tanpa henti. "Beberapa hari lalu dibuat di Gedung Joeang 45. Maka besok Jumat ada Orasi AHY di Djakarta Theater. Jadi dari semua fakta-fakta itu tidak bisa lagi dibantah bahwa Demokrat memang kuat dorong AHY," tegasnya.
BACA JUGA: Demokrat Nilai Koalisi Prabowo Jalan di Tempat
Namun entah mengapa, ucap Said, di saat AHY dan sejumlah elemen Partai Demokrat gencar berpromosi agar bisa diterima sebagai cawapres, SBY selaku ketua Umum Partai Demokrat justru mengelak dirinya menjadi bagian dari upaya itu.
"Apa yang dikatakan oleh SBY itu menurut saya agak mengganggu akal sehat kita. Tidak logis. Sebab, agenda untuk mengusung AHY sebagai cawapres tentu menjadi pertimbangan yang matang. Jadi, kemungkinan lobi-lobi AHY itu masih berlaku di pertemuan tertutup di antara empat partai koalisi," ujarnya.
BACA JUGA: Survei Cawapres Prabowo: Bukan Abdul Somad dan Salim Segaf
Lebih terlihat lagi paradoksnya lagi, ucap Said, ketika SBY mengatakan tidak mendorong-dorong AHY untuk menjadi cawapres Prabowo. Tetapi pada saat yang sama AHY justru diizinkan oleh SBY untuk terus tampil secara aktif dalam pentas-pentas deklarasi.
"Pentas demi pentas yang dihadiri oleh AHY itu kan jelas sekali maksudnya, mencari perhatian Prabowo. AHY tentu perlu tampil lebih sering di tengah proses persaingannya dengan Habib Salim Segaf Aljufri dan Ustaz Abdul Somad, sampai akhirnya Prabowo menetapkan pendampingnya," cetusnya.
Jika begitu, kuat mana AHY dengan rekomendasi Ijtima Ulama yang menunjuk Habib Salim Segaf Aljufri dan Ustaz Abdul Somad sebagai cawapres Prabowo?
Said secara tegas menyatakan, dirinya menduga Prabowo akan mengambil cawapres berdasar rekomendasi ulama. "Kalau untuk capres, saya yakini ya Prabowo. Karena ketiga partai, PAN, PKS dan Demokrat, sudah menyatakan komitmen dukung Prabowo. Namun untuk cawapres, antara AHY dan Ijtima Ulama saya prediksi Ijtima Ulama-lah yang dipilih Prabowo," tegasnya.
Dia menjelaskan, PKS dan PAN sudah memberikan sinyal mendukung hasil Ijtima Ulama antara Ustad Abdul Somad maupun Habib Salim Segaf Aljufri (Ketua Majelis Syuro DPP PKS).
"PKS dan PAN melalui Amien Rais menyatakan mendukung Ijtima Ulama. Jadi saya kira, AHY akan ditempatkan di posisi yang lain. Mungkin saja di kementerian," bebernya.
(dil/Indopos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisa Jadi UAS dan Habib Salim untuk Ganjal AHY
Redaktur & Reporter : Adil