jpnn.com, OGAN KOMERING ULU - Densus 88 Antiteror menangkap YS, 34, warga di Desa Markisa, Kecamatan Lubuk Batang, OKU, Sumsel, Jumat (18/5) pukul 15.00 WIB. Orang diciduk, YS (34). ZK, kakak YS sudah lebih dulu ditangkap karena diduga terlihat jaringan terorisme. Penangkapan YS yang disebut-sebut sebagai Abu Rayan, juga terkait kasus ini.
Informasinya, sudah lima hari beberapa anggota Densus 88 berada di desa itu melakukan pengintaian. Sekretaris Desa (Sekdes) Markisa, Kadek Mudana, menjelaskan, tidak ada yang aneh dari keseharian YS selama ini. “Jadi kaget, karena setahu saya selama ini dia tidak ada masalah, apalagi ribut,” katanya, kemarin.
BACA JUGA: Densus 88 Tangkap Satu Lagi Terduga Teroris di Rohil
Begitu mendapat informasi dari warga, Kadek langsung mendatangi kediaman YS. Di sana, dia melihat sudah banyak polisi berkumpul. Mereka berseragam, wajah tertutup dan bersenjata lengkap. “Ada enam mobil. Beberapa barang disita, salah satunya laptop,” bebernya.
Kadek mendapat keterangan dari Dw, istri YS, kalau laptop itu kondisinya sudah rusak. Selain itu, ikut disita juga satu unit handphone (hp) Samsung dan Nokia. Menurutnya, YS warga yang bagus pergaulannya. “Dia pandai olahraga seperti tenis meja, bola kaki juga. Enak diajak ngobrol. Jadi tidak menyangka sekali,” imbuh Kadek.
BACA JUGA: Catat, Kepala Densus 88 Dikenal Muslim Taat dan Sudah Haji
Dia berharap, warga tidak mengucilkan keluarga YS, khususnya istri dan anaknya yang masih kecil. Salah seorang tokoh agama Desa Markisa, Amirudin mengatakan, saat penangkapan, Dw sedang menyiapkan takjil. “Saya kaget begitu dapat kabar dia dibawa polisi,” ujarnya.
Awalnya dia mengira kalau YS tersangkut kasus pidana. Dari warga baru diketahuinya kalau penangkapan itu ada kaitan dengan terorisme. Amirudin menambahkan, YS sosok yang ringan tangan. “Dia rajin bersihkan musala Al-Hidayah, juga azan. Tanah musala itu wakaf dari keluarganya,” ungkap dia.
BACA JUGA: Apa Sih Solusi dari Kelompok Oposisi demi Perangi Terorisme?
Keseharian YS berdagang dan membantu sang istri jualan. Keluarga itu sudah bermukim di sana sejak 1991. Tak ada perilaku YS yang aneh. Justru YS banyak bertanya kepadanya tentang bacaan Alquran. Juga soal agama.
Ketua BPD Markisa, Ali Mustofa mengatakan, keseharian YS berjualan makanan ringan seperti bakso bakar, kue, bolu, es jagung di depan rumah. Kadang juga di posyandu. “Cara bergaulnya biasa saja,” katanya. Sejak orang tuanya meninggal, YS tinggal di rumah itu bersama istri dan anaknya yang masih kecil.
YS pernah menjual kebun sawitnya, lalu ganti usaha berkebun karet. Saat ada pesta pernikahan, sering datang. “Istrinya juga biasa, pakai jilbab. Tapi tidak yang aneh-aneh,” tuturnya.
Dw (28), istri YS ketika ditemui di rumahnya terlihat begitu terpukul dengan penangkapan terhadap sang suami. “Kejadian begitu cepat, Pak. Kami lagi nyiapin jualan, sekitar jam 3 sore,” katanya.
Dia tak habis pikir kenapa suaminya ditangkap. Bahkan, hingga kemarin, alumni salah satu perguruan tinggi di Lampung itu belum juga mendapatkan penjelasan dari polisi. “Suami saya sehari hari menyadap karet. Pulang ke rumah bantu saya jualan,” bebernya.
Petugas menyita hp yang digunakan untuk isi pulsa. Juga laptop yang berisi dokumen saat Dw masih kuliah dulu. Dia membantah kalau suaminya ikut semacam pengajian. “Dia tidak pernah ninggalin saya dalam waktu lama. Hanya setiap tiga hari keluar sebentar untuk belanja keperluan pasar,” imbuhnya.
Dia berharap, kalau suaminya tidak bersalah bisa segera dipulangkan dalam keadaan sehat, tanpa luka sedikit pun. “Kami tidak tahu apa-apa. Kalau terlibat, kenapa tidak dari dulu ditangkap,” cetus Dw.
Informasi yang dihimpun, YS merupakan adik dari ZK. Nah, ZK ditangkap Densus 88 Desember 2017 lalu bersama beberapa orang karena diduga masuk kelompok S, warga Muara Enim yang diduga menyembunyikan buronan Abu Ibrahim.
Sedangkan Abu Ibrahim dari kelompok JAK Riau yang sembunyi di Muara Enim. Solihin juga disebut-sebut mendirikan kamp pelatihan untuk terduga teroris lain. Dia juga diduga tahu rencana penyerangan Mapolres OKU dan Mako Brimob Kelapa Dua.
Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara enggan memberikan keterangan terkait penangkapan terduga teroris di OKU. Dia hanya mengajak seluruh masyarakat untuk menciptakan suasana tenang. “Jauh dari isu-isu terorisme,” ujarnya.
Menurutnya, kondusivitas Sumsel yang terjaga sampai saat ini harus terus dipertahankan. Bukan hanya tanggung jawab Polri dan TNI maupun pemerintah daerah, tapi seluruh masyarakat. Apalagi, Sumsel khususnya Palembang sebagai tuan rumah Asian Games.
“Biarkanlah Densus 88 dan Tim Anti Terorisme Polda Sumsel bekerja untuk mencegah (aksi terorisme, red),” ajaknya. (bis/vis/ran/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Teror Marak, Elektabilitas Jokowi Tetap di Puncak
Redaktur & Reporter : Soetomo