Depresi UN, Asam Lambung Naik

Sabtu, 09 Mei 2015 – 01:30 WIB
AMIN: Sambil penutup mulutnya dengan dua telapak tangan, salah satu murid SMPN 1 Surabaya ini mengucap syukur atas usainya UN. Foto Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - MESKI tidak lagi menjadi kriteria kelulusan, UN masih menjadi momok bagi seorang siswa. Hal itu dialami oleh siswa SMP Muhammadyah 8 Benjeng, Gresik, Muhammad Rizal Ramadhan.

Siswa 15 tahun tersebut mengerjakan UN di RSAL dr Ramelan sejak Rabu lalu (6/5) karena asam lambungnya meningkat.

BACA JUGA: 41 Pelajar SMP Mawar Sharon Tidak Ikut UN

“Terlalu depresi memang bisa meningkatkan asam lambung,” ungkap Humas RSAL dr Ramelan Letkol Widawati Hartono seperti yang dilansir Radar Surabaya (Grup JPNN.com), Jumat (8/5).

Dia menolak memberikan informasi tempat perawatan Rizal. Alasannya, pihak keluarga menolak diwawancarai.

BACA JUGA: Pencairan Dana BOS Madrasah Terhambat Aturan Menkeu

Menurut informasi, Rizal dirawat di Ruang Inap Paviliun 6 Bagian Kejiwaan. Begitu mengetahui wartawan yang berada di dekat di kawasan paviliun, satpam RSAL meminta wartawan pergi.

Wartawan yang hendak mengambil gambar dari kejauhan juga dilarang. Wida mengakui bahwa
kejiwaan Rizal memang sangat labil.

BACA JUGA: Top! Pelajar Indonesia Juara Umum Olimpiade Sains

Selain akan mengikuti UN, Rizal sering mengalami depresi ketika akan mengkuti ulangan harian. Rizal tergolong siswa yang sering tidak masuk sekolah.

Spesialis kejiwaan RSAL, dr Imam Santosa SpKJ, menjelaskan bahwa Rizal hanya butuh istirahat dan ketenangan.

“Kalau tenang, dia akan cepat sembuh,” ungkapnya.

Menurut dia, sebelum UN, kondisi Rizal memang tidak baik, bahkan cenderung drop. Tetapi, orang tuanya memaksa dia tetap ikut UN.

Hal itu meningkatkan depresi Rizal. “Kami di tim kejiawaan berusaha menenangkannya. Kalaupun nanti ikut UN susulan, dia sudah siap,” imbuhnya.

Saat ditanya, apakah Rizal pasti depresi karena UN, Imam tidak berani menjawab. Dia menjelaskan bahwa ada banyak faktor penyebab depresi pada remaja dan anak.

Di antaranya adalah faktor genetik dan masalah pribadi remaja.

Misalnya, isolasi atau tekanan dari keluarga yang membuat remaja tertekan. Imbasnya, remaja cenderung tertutup sehingga fisiknya terpengaruh.

“Pikiran itu bisa memengaruhi sel-sela kita yang sehat. Jika dibiarkan, akan sakit dan drop,” katanya. (han/awa/jee)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok Hasil SNMPTN Diumumkan, Dipastikan Banyak yang Gagal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler